Terhadap situasi (polusi) seperti ini, kita lakukan hujan buatan di lokal sehingga udaranya jadi dibersihkan. Kita sudah minta hari ini atau besok itu sudah dilakukan, harus ada hujan buatan, agar sedikit membersihkan
Jakarta (ANTARA) -
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya Bakar menyatakan bahwa KLHK telah menerapkan modifikasi cuaca berupa hujan buatan hingga uji emisi untuk mengatasi polusi udara.
 
"Terhadap situasi (polusi) seperti ini, kita lakukan hujan buatan di lokal sehingga udaranya jadi dibersihkan. Kita sudah minta hari ini atau besok itu sudah dilakukan, harus ada hujan buatan, agar sedikit membersihkan," kata Menteri LHK Siti Nurbaya saat ditemui di Jakarta, Senin.
 
Pihaknya akan terus mengevaluasi hasil dari modifikasi cuaca berupa hujan buatan tersebut yang akan terus dipantau secara berkelanjutan.
 
"Nanti kita lihat lagi tanggal 28 Agustus, lalu tanggal 2 atau 4 September," ujar Menteri Siti Nurbaya.
 
Ia juga menyampaikan bahwa di KLHK kini telah disediakan tempat khusus untuk melakukan uji emisi, agar masyarakat bisa memeriksa tingkat emisi yang dihasilkan oleh kendaraan masing-masing secara gratis.

Baca juga: KLHK lakukan uji emisi kendaraan bermotor untuk tekan polusi udara
 
"Di KLHK ada tempat uji emisi, periksa saja kendaraannya di situ daripada bayar di tempat lain. Tetapi ini baru tahap uji coba, belum penerapan hasil (kendaraan yang tidak lolos uji emisi tidak boleh masuk ke kawasan KLHK). Kemarin kawan-kawan di KLHK sudah kita minta, semua akan diperiksa secara bertahap," papar Menteri Siti Nurbaya.
 
Dia menjelaskan penanganan polusi udara di Jakarta melalui hujan buatan mengalami sedikit kesulitan karena letaknya berbentuk kipas aluvial atau jenis tanah yang terbentuk dari hasil endapan, sehingga membuat bentuk wilayahnya menjadi cekung.
 
"Jakarta itu kan bentuknya agak menyempit ke bawah dan lebar ke laut ya, secara geomorfologi itu namanya kipas aluvial, di pinggir-pinggirnya kan menyempit, jadi bentuknya seperti kipas, bergelombang, ada yang ke atas dan ke bawah. Di daerah seperti ini secara teori ketika ada polusi dari bawah datang ke atas, itu bergeraknya tidak mudah karena terhambat oleh tekanan angin dan lain-lain dari perbukitannya," tutur Menteri siti Nurbaya.
 
"Kadang-kadang karena hambatan itu, hujannya jadi tidak sampai jatuh di Jakarta, keburu jatuh di laut. Apalagi Jakarta ini kan banyak gedung tingginya, yang menyebabkan beberapa daerah yang rendah itu sirkulasi udaranya jadi terganggu, sehingga udaranya susah untuk dibersihkan atau sulit untuk bergerak rapi," imbuhnya.

Baca juga: Pemerintah siapkan teknis razia uji emisi kendaraan di Jabodetabek
 
Menteri Siti Nurbaya juga menegaskan Tim Satuan Tugas (Satgas) Pengendalian Pencemaran Udara di Jabodetabek yang telah dibentuk sudah mulai bergerak untuk menindaklanjuti perusahaan, baik Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD), dan perusahaan yang melakukan pembakaran limbah elektronik maupun hasil produksi lainnya secara terbuka.
 
"Satgas sudah beroperasi, saya bilang kalau target operasinya jangan dibuka, karena kalau dibuka, mereka (perusahaan pelaku pembakaran limbah) pada siap-siap semua. Jadi lebih baik dilakukan saja secara serentak. Itu untuk sumber-sumber yg tidak bergerak ya," katanya.
 
Ia juga mengungkapkan pihak KLHK juga telah menetapkan empat orang pelaku individu di Tangerang yang terbukti melakukan pembakaran limbah elektronik.
 
"Di Tangerang juga ada pembakaran elektronik lho, yang serem banget, tapi itu sudah ditahan sama Pak Dirjen Penegakan Hukum (Dirjen Gakkum) KLHK, ada empat orang pelakunya," ucap Menteri Siti Nurbaya.

Baca juga: KLHK akan bentuk satgas pengendalian pencemaran udara Jabodetabek
 

Pewarta: Lintang Budiyanti Prameswari
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2023