Dia manusia biasa seperti kebanyakan kita"
London (ANTARA News) - Upaya kelompok anti mendiang mantan perdana menteri Margaret Thatcher untuk membawa lagu peraya kematian Thatcher berjudul Ding Dong! The Witch Is Dead ke puncak tangga lagu Inggris gagal, kendati lagu ini sukses menempati urutan kedua tangga lagu terpopuler.

Thatcher yang meninggal dunia pada usia 87 dipandang berbeda oleh warga Inggris. Kaum konservatif kanan memuji pencapaiannya, sebaliknya yang lain mengecam program swastanisasinya yang telah menghancurkan masyarakat.

Lewat kampanye di Facebook, para penentang Thatcher berusaha menjadikan lagu ejekan kepada Thatcher yang ditarik dari film tahun 1939 The Wizard of Oz, menempati puncak tangga lagu terpopuler.  Dan ini mengundang amarah para politisi, media massa sayap kanan dan masyarakat.

Official Charts Company menyebutkan 52.605 kopi lagu itu telah terjual, dan angka ini masih dibawah lagu Need U dari DJ Duke Dumont dan penyanyi A*M*E yang menempati puncak tangga lagu terpopuler.

40 lagu terpopuler biasanya diputar tiap minggu oleh Radio BBC, namun lagu ejekan untuk Thatcher ini hanya diperdengarkan selama lima detik sehingga timbul tuduhan bahwa ada tekanan politis kepada BBC.

"Saya paham keperihatian atas kampanye ini. Saya pribadi yakin lagu ini tak enak dan tak elok," kata Direktur Jenderal BBC Tony Hall seperti dikutip Reuters.

Sementara itu kelompok pengagum Thatcher mengeluarkan single tahun 1979 berjudul I'm In Love With Margaret Thatcher yang diciptakan band punk Notsensibles.  Lagu ini menempati peringkat 35 dan sudah terjual 8.768 kopi.

Sejak kematian "Wanita Besi", warga Inggris terbelah dan berusaha mengungkapkan masa kekuasaannya dari 1979 sampai 1990 dengan aneka ekspresi.

Sementara demonstrasi anti-Thatcher diperkirakan memuncak Rabu nanti ketika sang mendiang dimakamkan dengan penghormatan militer di Katedral St Paul sebelum menjalani prosesi di pusat kota London untuk memberi keluarga kerajaan menyampaikan penghormatan terakhirnya.

Seremoni pemakaman Thatcher ini diperkirakan menelan dana 15,4 juta dolar AS dan ini dikritik luas masyarakat Inggris, apalagi pemerintah yang dipimpin Partai Konservatif berusaha keras berhemat.

Reuters melaporkan bahwa menurut satu jajak pendapat, 60 persen responden menilai seremoni pemakaman Thatcher tidak boleh dibiayai oleh uang pembayar pajak. Tim Ellis dari Gereja Anglican menyebut seremoni ini tak bijaksana.

Sementara David Ison dari Katedral St. Paul memahami kemarahan dan luka masyarakat atas warisan yang ditinggalkan Thatcher. Namun dia bilang pemakaman tetap harus dihormati.

"Nyonya Thatcher bukanlah penyihir atau monster," katanya kepada BBC TV. "Dia manusia biasa seperti kebanyakan kita."

Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2013