Banjarmasin (ANTARA) -
Wakil Ketua DPRD Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan Tugiatno menilai daerahnya berpeluang besar untuk memajukan sektor wisata religi karena memiliki segudang tempat-tempat bersejarah dikeramatkan termasuk tokoh agamanya.
 
"Apalagi diantara dua tempat itu sudah masuk Anugrah Desa Wisata Indonesia (ADWI) dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI," ujarnya di Banjarmasin, Senin.
 
Sebut saja seperti Desa Wisata Kubah Basirih di Banjarmasin Selatan yang ada makam keramat Habib Hamid bin Abbas Bahasyim, lebih dikenal Habib Basirih, wafat pada tahun 1949 sudah ditetapkan menjadi ADWI pada tahun 2022.
 
Kemudian pada tahun ini atau 2023, ungkap Tugiatno, Desa Wisata Kuin Utara di Banjarmasin Utara yang ada makam Sultan Suriansyah, raja pertama kesultanan Banjar dan mesjid kesultanan juga masuk ADWI.
 
"Ini membuktikan potensi wisata religi di daerah kita sangat besar maju," ujarnya.
 
Tentunya, kata dia, didukung tempat-tempat religi lainnya, seperti Mesjid Jami Sungai Jingah di Banjarmasin Utara yang didirikan pada tahun 1777 dengan perpaduan arsitektur Timur Tengah dan Banjar.
 
"Adapula makam-makam para ulama karismatik di daerah kita ini, sangat banyak diziarahi," ujar Tugiatno.
 
Dengan makin banyaknya kunjungan ke objek wisata religi tersebut, tentunya berpengaruh bagi positif perkembangan perekonomian masyarakat sekitarnya, sehingga usaha mikro kecil dan menengah bisa hidup.
 
"Ini yang terpenting, pengaruhnya bagi perekonomian masyarakat, dampaknya nyata," beber Tugiatno.
 
Dia pun meminta pemerintah kota tidak hanya fokus untuk pengembangan pariwisata berbasis sungai, objek wisata siring sungai Martapura, tapi juga ditingkatkan perhatian bagi objek wisata bernuansa religi ini.
 
"Tentunya infrastruktur dan sarana serta fasilitas umum penunjang di objek wisata itu harus dibenahi betul, termasuk kebersihan dan keamanan," paparnya.
 
Sebab, kata dia, jika objek wisata itu aman, fasilitas nyaman dan  bersih lingkungan, tentunya jadi magnet kedatangan pengunjung.
 
 

Pewarta: Sukarli
Editor: Nurul Aulia Badar
Copyright © ANTARA 2023