Persediaan minyak mentah dan bensin AS diperkirakan turun minggu lalu...
Tokyo (ANTARA) - Harga minyak naik di awal perdagangan Asia pada Selasa, menjelang data yang diharapkan menunjukkan penarikan persediaan minyak mentah dan bensin AS, meskipun kekhawatiran terus-menerus atas perlambatan ekonomi China membatasi kenaikan.

Minyak mentah berjangka Brent naik 10 sen menjadi diperdagangkan di 84,56 dolar AS per barel dan minyak mentah West Texas Intermediate AS diperdagangkan 9 sen lebih tinggi pada 80,81 dolar AS per barel pada pukul 01.01 GMT. Kontrak WTI yang berakhir pada September naik 11 sen menjadi 80,23 dolar AS per barel.

Persediaan minyak mentah dan bensin AS diperkirakan turun minggu lalu, menurut jajak pendapat awal Reuters, ketika kelompok industri American Petroleum Institute (API) akan merilis datanya pada Selasa.

Baca juga: Minyak menetap lebih rendah karena harapan permintaan China pudar 

Badan Informasi Energi, bagian statistik dari Departemen Energi AS, akan merilis datanya sendiri pada Rabu (23/8/2023).

Pasar juga fokus pada data awal PMI AS untuk Agustus dan simposium ekonomi tahunan Federal Reserve di Jackson Hole yang keduanya akan dirilis akhir pekan ini, kata ANZ Research dalam sebuah catatan.

Data ekonomi AS selama beberapa minggu terakhir telah mendukung ekspektasi bagi Fed untuk mempertahankan suku bunga lebih tinggi lebih lama, meredam prospek permintaan minyak dan berbagai barang konsumen.

Selain itu, suramnya prospek perekonomian China, konsumen minyak terbesar kedua di dunia, juga telah menekan harga minyak.

Baca juga: Minyak naik di Asia karena ekspor OPEC+ Agustus lebih rendah

Minyak mentah Brent dan WTI berakhir pada Senin (21/8/2023) dengan kerugian, setelah bank sentral China memangkas suku bunga pinjaman satu tahun hanya secara moderat, mengecewakan pasar yang mengharapkan langkah-langkah stimulus yang lebih agresif di tengah kerugian cepat dalam momentum ekonomi.

"Pelemahan ekonomi China membebani harga minyak dan akan menciptakan batas atas harga minyak tahun ini, terutama karena Beijing tampaknya berkomitmen untuk menghindari stimulus fiskal skala besar," kata Eurasia Group dalam sebuah catatan.

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2023