Secara keseluruhan, tekanan dolar AS terhadap rupiah tinggi karena tingkat imbal hasil obligasi pemerintah AS terus naik.Jakarta (ANTARA) -
Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menguat mengikuti penguatan nilai tukar mata uang regional dan pergerakan positif indeks saham Asia pagi ini.
Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa pagi menguat 0,03 persen atau 5 poin menjadi Rp15.320 per dolar AS dari sebelumnya Rp15.325 per dolar AS.
“Secara keseluruhan, tekanan dolar AS terhadap rupiah tinggi karena tingkat imbal hasil obligasi pemerintah AS terus naik,” ujar pengamat pasar uang Ariston Tjendra ketika dihubungi Antara di Jakarta, Selasa.
Baca juga: Rupiah melemah karena investor tunggu panduan suku bunga ke depan
Tingkat imbal hasil 10 tahun justru naik ke level yang belum pernah disentuh sejak 2007. Kenaikan yield AS ini dinilai berkaitan dengan ekspektasi pasar, bahwa The Fed mungkin masih mempertahankan suku bunga tinggi AS karena data inflasi AS yang belum menyentuh target 2 persen.
“Oleh karena itu, rupiah mungkin dibuka menguat, tapi bisa berakhir melemah karena faktor yield AS tersebut,” ungkap Ariston.
Dia memperkirakan potensi pelemahan rupiah ke arah Rp15.350 per dolar AS dengan potensi support di kisaran Rp15.280 per dolar AS.
Baca juga: Dolar AS melemah karena investor tunggu beberapa petunjuk baru
Dolar AS bergerak sedikit lebih rendah terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya pada akhir perdagangan Senin (Selasa pagi WIB), karena investor menunggu data Purchasing Managers' Index (PMI) Standard & Poor's (S&P) pada Rabu (23/8/2023) dan Simposium Ekonomi Jackson Hole pada 24-26 Agustus 2023.
Simposium Ekonomi Jackson Hole akan dihadiri oleh Ketua Federal Reserve Jerome Powell dan Presiden Bank Sentral Eropa (ECB) Christine Lagarde yang diharapkan memberikan petunjuk untuk panduan lebih lanjut tentang kebijakan moneter mereka.
Pewarta: M Baqir Idrus Alatas
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2023
