Jakarta (ANTARA) - Peserta Program Adaptasi Dokter Spesialis Lulusan Luar Negeri, Anastasia Pranoto, kembali ke Indonesia dan mengabdikan kemampuannya di bidang ortopedi untuk menghapus rasa takut sebagian pasien terhadap tindakan operasi tulang.

Dalam penyampaian testimoni secara virtual yang disampaikan Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes RI di Jakarta, Rabu, dokter spesialis orthopedi lulusan universitas di Filipina itu kini ditempatkan di RSUD Cut Meutia, Aceh Utara.

"Banyak pasien di Indonesia, kalau kami bilang operasi, pasiennya lebih memilih pengobatan ke alternatif dulu, baru datang kembali (ke dokter spesialis) setelah dua atau tiga tahun kemudian," katanya.

Baca juga: Kemenkes fasilitasi penempatan kerja 16 dokter lulusan luar negeri

Ketakutan itu tak jarang membuat pasien enggan melakukan tindakan medis dan lebih memilih pengobatan alternatif, karena tidak dioperasi dan dijanjikan cepat sembuh, kata Anastasia.

Namun, di tangan Anastasia keraguan dan ketakutan pasien terhadap tindakan orthopedi perlahan pudar. Masyarakat mulai berani untuk memeriksakan kesehatan tulangnya ke fasilitas pelayanan kesehatan (Fasyankes).

Dalam praktiknya, Anastasia sekaligus mengedukasi pasien yang ia terima tentang prosedur bedah tulang yang aman serta permasalahan tulang yang mereka alami melalui perspektif medis.

"Saya waktu pendidikan jarang kasus seperti itu (menangani pasien pengobatan alternatif). Buat Saya sangat menarik kasusnya, tidak langsung ditangani, jadi sudah melakukan pengobatan alternatif lebih dulu," katanya.

Menurut Anastasia, komunikasi yang baik tentang prosedur operasi kepada pasien merupakan kunci untuk meyakinkan mereka tentang metode penyembuhan tulang yang tepat.

Ia berharap Program Adaptasi Dokter Spesialis Lulusan Luar Negeri dapat terus berlangsung di Indonesia demi memenuhi kebutuhan dokter spesialis hingga ke pelosok negeri.

Baca juga: Kemenkes pangkas birokrasi untuk panggil dokter lulusan luar negeri

Baca juga: kesulitan dokter lulusan luar negeri praktek di Indonesia


"Saya mengajak para dokter spesialis lulusan luar negeri untuk kembali bekerja di Indonesia dan mendukung program Kemenkes dalam pemerataan dokter spesialis untuk kembali ke Indonesia supaya bisa mengabdi di negara asal kita," katanya.

Anastasia merampungkan seluruh rangkaian adaptasi dokter spesialis WNI lulusan luar negeri mulai dari pendaftaran, pemberkasan, uji kompetensi dan pembekalan yang berjalan dengan mudah, cepat dan transparan.

Program Adaptasi Dokter Spesialis Lulusan Luar Negeri merupakan inisiatif yang digagas Kementerian Kesehatan RI dalam membuka kesempatan bagi dokter spesialis WNI lulusan luar negeri yang dinilai kompeten untuk bisa berkontribusi terhadap pelayanan kesehatan di Indonesia.

Program itu untuk membuka jalan bagi dokter spesialis lulusan luar negeri untuk berbakti di Indonesia, dengan tanpa mengurangi kompetensi dan kualitas para dokter.

Sejak dibuka pada 2022, ada sekitar 35 orang pemohon program adaptasi dokter spesialis yang berasal dari delapan negara asal pendidikan, yakni Filipina, Jepang, Jerman, Malaysia, Nepal, Rusia, Tiongkok, dan Ukraina.

Baca juga: Akselerasi pemenuhan dokter spesialis utamakan WNI di luar negeri

Seluruhnya berasal dari sembilan disiplin ilmu kedokteran spesialis, yaitu anak, obgyn, penyakit dalam, bedah, anestesi, dermatologi venerologi, bedah plastik, ortopedi, dan mata.

Kementerian Keuangan mengalokasikan dana insentif bagi peserta yang terbagi atas beberapa kategori berdasarkan lokasi penempatan, yaitu Rp24 juta untuk RS daerah terpencil dan perbatasan, Rp12 juta untuk RS Regional Timur (Kalimantan, NTT, Sulawesi, Maluku, dan Papua), dan Rp7 juta untuk RS Regional Barat (Sumatera, Jawa, Bali, dan NTB).

Pewarta: Andi Firdaus
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2023