Yogyakarta (ANTARA News) - Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta tetap merekomendasikan wilayah dalam radius delapan kilometer dari puncak Gunung Merapi harus dikosongkan, meski aktivitas gunung itu belakangan ini menurun. Menurut Kepala Seksi Gunung Merapi BPPTK Drs Subandriyo di Yogyakarta, Kamis, peringatan itu tetap dikeluarkan karena pada jarak tersebut masih berpotensi terancam awan panas, demikian pula pada radius 300 meter dari tebing sungai di lerang Merapi. BPPTK juga meminta warga untuk menghentikan semua kegiatan terutama penambangan pasir di sungai-sungai, bertani, berkebun dan beternak hingga jarak 300 meter dari tebing sungai yang berada pada radius delapan kilometer dari puncak Merapi. Informasi dari BPPTK menyebutkan, secara umum aktivitas vulkanik Merapi masih tinggi, dan fase erupsi juga masih berlangsung, yang ditunjukkan dengan guguran lava pijar serta awan panas. Dari pukul 00.00 hingga 06.00 WIB, Kamis, Pos Pengamatan Merapi di Kaliurang, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mengamati terjadi 10 kali guguran lava pijar yang mengarah ke hulu Kali Krasak (lereng barat daya) dengan jarak luncur 2,5 kilometer. Guguran lava pijar dengan jarak luncur maksimum 1 kilimeter juga mengarah ke hulu Kali Gendol (lereng selatan) dengan frekuensi 75 kali. "Awan panas teramati terjadi dua kali meluncur sejauh maksimum 1,5 kilometer ke hulu Kali Gendol," kata Subandriyo. Sementara itu, hasil rekaman seismograf tercatat terjadi gempa fase banyak atau multiphase (MP) tiga kali, gempa guguran 68 kali, gempa tektonik satu kali, dan dua kali awan panas. Gempa vulkanik dangkal tidak terjadi. Pengamatan visual terhadap puncak gunung, pada pagi hari cerah. Asap solfatara berwarna putih tipis dengan tekanan lemah, dan tinggi asap sekitar 450 meter dari puncak Merapi teramati dari Pos Ngepos (Magelang, Jawa Tengah) pada pukul 05.30 WIB.(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2006