Tangkapan nelayan juga meningkat
Makassar (ANTARA) -
Sejumlah nelayan di Pulau Bontosua, Desa Mattiro Bone, Kecamatan Liukang Tupabbiring, Kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan merasakan manfaat pemulihan ekosistem terumbu karang melalui upaya restorasi dengan semakin meningkatnya hasil tangkapan mereka.
 
Sufriyandi, Kepala Dusun Utara, Desa Mattiro di Pulau Bontosua, Jumat mengatakan, kemitraan untuk merehabilitasi terumbu karang dengan dukungan sejumlah pihak sejak tahun 2017 telah memperbaiki ekosistem laut sehingga populasi sejumlah ikan meningkat pesat.
 
"Dulu, kawasan Pulau Bontosua ini tingkat kerusakan terumbu karang cukup parah, namun sekarang mulai membaik dengan Program Sheba Hope Reef sehingga tangkapan nelayan juga meningkat," katanya.
 
Ia mengakui program kemitraan yang melibatkan antara lain MARS. Incoporated dan dukungan dana dari Sheba sebuah perusahaan makanan kucing telah berhasil menggugah kesadaran masyarakat untuk ikut terlibat Program Hope Reef atau proyek restorasi terumbu karang.
 
"Masyarakat sudah mendapatkan manfaat restorasi terumbu karang sehingga semua warga di sini mendukung program itu," katanya.
 
Dia mengatakan, untuk merehabilitasi terumbu karang di wilayah kerjanya itu telah dilakukan inovasi oleh pihak perusahaan MARS. Incoporated dan Sheba dengan membuat rangka terumbu karang model hexagonal yang disebut Reef Star atau Bintang Terumbu Karang.

Baca juga: Sheba cari advokat untuk restorasi terumbu karang

Baca juga: Indonesia ajak negara G20 dukung restorasi terumbu karang

 
Pemasangan rangka Reef Star itu melibatkan masyarakat Pulau Bontosua yang 95 persen berprofesi sebagai nelayan.
 
Sementara salah satu relawan pembuatan Reef Star di Pulau Bontosua, Farhan mengatakan saat ini nelayan tidak lagi jauh melaut untuk mendapatkan aneka jenis ikan seperti ikan kembung, ikan cepak, ikan katombo dan baracuda.
 
"Sebelumnya nelayan harus jauh ke tengah laut mencari ikan, tetapi setelah terumbu karang berkembang, ikan-ikan lebih banyak jenisnya bisa ditemukan di sekitar pulau," jelasnya.
 
Ia mengatakan ikan katombo yang hilang sejak 40 tahun lalu sekarang banyak bermunculan dan mudah ditangkap nelayan. Ikan dengan harga Rp500 ribu per keranjang ukuran 17 kilogram itu mampu mendongkrak pendapatan nelayan.
 
Demikian juga ikan barakuda yang harganya Rp70 ribu per ekor dengan panjang 20 centimeter, juga mulai banyak sejak setahun setelah terumbu karang buatan dibangun.
 
"Ada warga kemarin dapat 400 ekor dalam sehari menjaring ikan barakuda itu, padahal dulu susah sekali ditemukan di sini," katanya.
 
Hal senada juga diungkap, Darwis alias Antonius, nelayan penangkap cumi-cumi yang mengaku hasil tangkapannya naik 30 persen dibanding sebelum ada program dari Sheba.
 
Sementara Dr Susan Wan, GM Mars Pet Nutrision mengungkapkan, metode MARRS (Mars Assisted Reef Restoration System) dengan rangka baja yang disebut Reef Star merupakan metode terbaik untuk merestorasi terumbu karang yang rusak.
 
"Dari berbagai metode yang sudah dicoba, ternyata ini yang terbaik merestorasi terumbu karang dan akan digunakan untuk program di tempat-tempat lain," katanya.
 
Ia menjelaskan, sejak program restorasi terumbu karang di sekitar Pulau Bontosua tahun 2019, saat ini pertumbuhan karang telah meningkat dari lima persen menjadi lebih dari 70 persen, populasi ikan meningkat 260 persen dan jenis ikan juga naik 64 persen.
 
Di areal sekitar tiga hektare terumbu yang rusak parah, dengan metode MARRS, sekarang satu hektare sudah dipenuhi terumbu karang.
 
Di tengah lokasi itu sengaja dibuat tulisan "HOPE" dengan bangunan terumbu karang sebagai sebuah kampanye bahwa lokasi itu adalah harapan bagi pemulihan terumbu karang.
 
Ia mengungkap, saat ini, terdapat 900.000 pecahan karang telah ditanam menggunakan 60.000 bintang karang. "Aksi itu berhasil memulihkan 80.000 meter persegi terumbu karang secara keseluruhan," katanya.
 

Pewarta: Budhi Santoso
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2023