Sydney (ANTARA) - Saham-saham Asia menguat pada Senin, karena China mengumumkan langkah-langkah baru untuk mendukung pasar yang sedang melemah, meskipun suasana masih hati-hati menjelang data lapangan kerja dan inflasi AS yang dapat memutuskan apakah suku bunga harus naik lagi.

Beijing pada Minggu (27/8/2023) mengumumkan akan mengurangi separuh pajak perdagangan saham dalam upaya terbaru untuk meningkatkan pasar yang sedang kesulitan dan mengikuti langkah-langkah untuk mendukung perumahan. Regulator sekuritas China juga menyetujui peluncuran 37 dana ritel.

Bantuan tersebut diperlukan mengingat laba perusahaan-perusahaan industri China turun 6,7 persen pada Juli dibandingkan tahun sebelumnya, memperpanjang kemerosotan tahun ini hingga mencapai bulan ketujuh.

Investor menyambut baik bantuan apa pun yang bisa mereka peroleh dan indeks saham-saham unggulan China CSI 300 berakhir naik 1,17 persen dalam perdagangan yang berombak, bangkit dari posisi terendahnya sepanjang tahun ini.

Fokus kini tertuju pada PMI (Indeks Manajer Pembelian) resmi Agustus yang dirilis pada Kamis (31/8/2023) yang diperkirakan masih menunjukkan aktivitas di zona merah.

“Kami yakin langkah-langkah terbaru ini sejalan dengan arahan dari pertemuan Politbiro pada Juli, ketika pihak berwenang berjanji untuk memperkuat pasar modal China, namun tidak mewakili peningkatan yang berarti dalam dukungan kebijakan untuk menghidupkan kembali ekonomi riil,” tulis analis di Nomura dalam sebuah catatan.

Indeks MSCI yang terdiri dari saham-saham Asia Pasifik di luar Jepang terangkat 1,0 persen, setelah menambah sedikit kenaikan pada minggu lalu untuk menghentikan penurunan tiga minggu berturut-turut.

Nikkei Jepang berakhir menguat 1,73 persen sebagian didukung oleh terus melemahnya yen. Indeks Hang Seng Hong Kong ditutup naik 0,96 persen dan Indeks Komposit Shanghai berakhir terangkat 1,13 persen.

Membaiknya sentimen risiko membuat kontrak berjangka EUROSTOXX 50 bertambah 0,7 persen, sementara kontrak berjangka FTSE ditutup untuk hari libur. S&P 500 berjangka dan Nasdaq berjangka keduanya naik tipis 0,1 persen, melanjutkan kenaikan moderat minggu lalu.

Pasar berhasil menghadapi pandangan yang sedikit hawkish dari Ketua Federal Reserve Jerome Powell, yang menegaskan kembali bahwa mereka mungkin harus menaikkan suku bunga lagi tetapi berjanji untuk mengambil langkah “hati-hati”.

"Kami menganggap ini berarti bahwa FOMC (Komite Pasar Terbuka Federal) tidak berniat menaikkan suku bunga pada pertemuan September," tulis analis di Goldman Sachs.

"Kami terus memperkirakan bahwa FOMC pada akhirnya akan memutuskan bahwa pengetatan kebijakan lebih lanjut tidak diperlukan, sehingga menjadikan kenaikan suku bunga pada pertemuan FOMC Juli sebagai siklus terakhir."

Pasar berjangka menyiratkan sekitar 80 persen kemungkinan hasil yang stabil pada pertemuan 20 September, namun kemungkinan kenaikan sebesar 58 persen pada akhir tahun.

Banyak hal akan bergantung pada aliran data AS yang sedang berjalan panas hingga sejumlah survei manufaktur pekan lalu menunjukkan adanya perlambatan baik di dalam maupun luar negeri.

Hal ini meningkatkan pertaruhan survei ISM mengenai manufaktur, bersama dengan laporan gaji, inflasi inti dan belanja konsumen AS.

Perkiraan median adalah gaji akan meningkat 170.000 pada Agustus dengan tingkat pengangguran tetap sebesar 3,5 persen.

Analis di JPMorgan memperingatkan bahwa peningkatan lapangan kerja dapat tertekan oleh pemogokan industri hiburan di Hollywood dan diperkirakan akan terjadi peningkatan hanya sebesar 125.000.

Angka inflasi Uni Eropa pada minggu ini mungkin juga berperan penting dalam menentukan apakah Bank Sentral Eropa akan memutuskan untuk menaikkan suku bunga pada bulan depan.

Pasar terpecah mengenai apakah akan ada kenaikan suku bunga 3,75 persen lagi, dan Presiden ECB Christine Lagarde pada Jumat (25/8/2023) menekankan bahwa kebijakan perlu bersifat restriktif.

Hal ini merupakan tema umum di kalangan bank sentral negara-negara Barat, dimana Deputi Gubernur Bank Sentral Inggris Ben Broadbent pada akhir pekan lalu mengatakan bahwa suku bunga mungkin harus tetap tinggi "untuk beberapa waktu lagi."

Yang paling aneh adalah Gubernur Bank Sentral Jepang Kazuo Ueda yang pada Jumat (25/8/2023)menegaskan kembali perlunya kebijakan tetap sangat longgar.

Baca juga: Yuan terkerek 27 basis poin menjadi 7,1856 terhadap dolar AS
Baca juga: Dolar turun, investor pertimbangkan suku bunga lebih tinggi lebih lama
Baca juga: Minyak naik tipis setelah China bergerak dukung perekonomian yang lesu

 

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2023