New York (ANTARA) - Harga minyak naik pada akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB), karena data pemerintah AS menunjukkan pasokan minyak mentah lebih terbatas dari perkiraan, sementara kekhawatiran terhadap ekonomi China membatasi kenaikan.

Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Oktober terangkat 37 sen menjadi menetap pada 85,86 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange. Kontrak Oktober berakhir pada Kamis dan kontrak November yang lebih aktif naik 33 sen menjadi 85,21 dolar AS per barel.

Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Oktober menguat 47 sen menjadi ditutup pada 81,63 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.

Pada Selasa (29/8/2023), kedua harga acuan menguat lebih dari satu dolar karena melemahnya greenback setelah data pekerjaan yang lemah mengurangi kemungkinan kenaikan suku bunga lebih lanjut.

Persediaan minyak mentah AS turun 10,68 juta barel pada minggu lalu menjadi 422,9 juta barel, menurut data Badan Informasi Energi AS (EIA) pada Rabu (30/8/2023). Para analis dalam jajak pendapat Reuters memperkirakan penurunan sebesar 3,3 juta barel.

Pasokan produk bensin motor jadi – sebuah proksi untuk permintaan – berada pada sekitar 9,1 juta barel per hari.

“Saya memperkirakan (permintaan bensin) akan turun drastis dari sini,” kata John Kilduff, partner di Again Capital, karena permintaan bensin biasanya mencapai puncaknya pada musim mengemudi di musim panas.

Investor terus memantau Badai Idalia, yang terjadi sebagai badai Kategori 3 pada Rabu (30/8/2023) pagi di wilayah Florida di mana garis utaranya melengkung ke semenanjung. Pada tengah hari, badai tersebut mendekati tenggara Georgia sebagai badai Kategori 1.

Di tempat lain, para analis memperkirakan Arab Saudi, eksportir minyak terbesar di dunia, akan memperpanjang pengurangan produksi secara sukarela hingga Oktober, sehingga menjaga pasokan minyak tetap terbatas.

Berdasarkan ekspektasi tersebut, sumber penyulingan yang disurvei oleh Reuters memperkirakan bahwa harga jual resmi Arab Saudi untuk semua jenis minyak mentah yang dijual ke Asia pada Oktober akan dinaikkan ke level tertinggi tahun ini.

Sementara itu, militer mengambil alih kekuasaan di Gabon pada Rabu (30/8/2023), yang dapat mengurangi pasokan minyak mentah negara tersebut dan semakin memperketat pasar. Gabon mengekspor rata-rata bulanan sebesar 160.000 barel per hari ke Asia dari Mei hingga Juli, menurut data pelacakan kapal Kpler.

Namun, kenaikan harga minyak dibatasi oleh kekhawatiran atas situasi ekonomi yang beragam di China, importir minyak terbesar di dunia.

Pabrik penyulingan China siap untuk meningkatkan ekspor solar pada September hingga lebih dari 1 juta metrik ton, yang diperoleh dari keuntungan dari penjualan di luar negeri dan karena mereka berharap untuk menerima lebih banyak kuota ekspor dari Beijing, kata para pedagang dan analis.

“Interpretasi pasar adalah jika mereka mengekspor produk sebanyak ini maka perekonomian China tidak akan berjalan baik,” kata Andrew Lipow, presiden Lipow Oil Associates di Houston.

Meskipun terjadi pengurangan produksi dari Arab Saudi, Rusia dan negara-negara lain, eksportir lain seperti Venezuela dan Iran mengisi sebagian kesenjangan tersebut, kata Ole Hansen, kepala strategi komoditas di Saxo Bank.

“Kekhawatiran permintaan yang sedang berlangsung dapat mencegah pergerakan harga yang berkelanjutan di atas 90 dolar AS,” katanya.

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Evi Ratnawati
Copyright © ANTARA 2023