Sydney (ANTARA) - Saham-saham Asia dibuka menguat pada Kamis, tapi berada pada bulan terburuk sejak Februari, dengan sentimen dirugikan oleh aktivitas pabrik China yang masih suram, sementara investor juga berhati-hati menjelang serangkaian data AS yang dapat menambah spekulasi bahwa suku bunga telah mencapai puncaknya.

Indeks MSCI yang terdiri dari saham-saham Asia Pasifik di luar Jepang bertambah 0,1 persen namun masih menuju kerugian bulanan sebesar 5,9 persen, terbesar sejak Februari. Nikkei Jepang juga dibuka menguat 0,5 persen, membawa kerugian bulanannya menjadi 2,0 persen.

Data pada Kamis menunjukkan aktivitas manufaktur China mengalami kontraksi selama lima bulan berturut-turut pada Agustus, dan ekspansi di sektor jasa-jasa kehilangan sedikit momentum.

Indeks saham-saham unggulan China CSI 300 datar namun rebound 2,5 persen pada saham properti mendorong Indeks Hang Seng Hong Kong lebih tinggi, yang naik 0,7 persen.

Dua kota terbesar di China pada Rabu (30/9/2023) melonggarkan pembatasan hipotek (KPR), memungkinkan pembeli rumah menikmati pinjaman preferensial untuk pembelian rumah pertama terlepas dari catatan kredit mereka sebelumnya.

Namun kekhawatiran tetap ada, dengan pengembang properti swasta terbesar di China, Country Garden, memperingatkan risiko gagal bayar jika kinerja keuangannya terus memburuk, setelah membukukan rekor kerugian pada semester pertama.

Kecuali kesuraman China, kepercayaan investor melonjak pada Agustus, dengan indeks kepercayaan global (ICI) dari State Street Global Markets melonjak 11,4 poin menjadi 107,7, dipimpin oleh Amerika Utara yang mencatat angka terkuat dalam setahun mengenai berkurangnya kekhawatiran resesi.

"Kepercayaan investor mengalami lonjakan terbesar dalam 18 bulan terakhir, dengan ICI Global yang kini kokoh dalam wilayah pencarian risiko, karena selera risiko meningkat di setiap wilayah pada bulan ini," kata Marvin Loh, ahli strategi makro global senior di State Street Global Markets, dikutip dari Reuters.

Semalam, Wall Street menguat setelah serangkaian indikator ekonomi AS secara umum turun mengejutkan, menambah spekulasi bahwa Federal Reserve telah melakukan pengetatan dan penurunan suku bunga tahun depan bisa mencapai lebih dari 100 basis poin.

Data gaji swasta mencatat penurunan bulanan sebesar 52,3 persen, menambah tanda-tanda melemahnya pasar tenaga kerja, sementara PDB kuartal kedua direvisi lebih rendah.

Perhatian sekarang beralih ke angka inflasi yang diukur dengan pengeluaran konsumsi pribadi (PCE) AS pada Kamis – ukuran inflasi pilihan Federal Reserve – dan data penggajian non-pertanian pada Jumat (1/9/2023).

Aksi di pasar obligasi pemerintah datar. Imbal hasil obligasi dua tahun berada di 4,8901 persen pada Kamis, setelah sempat turun ke level terendah tiga minggu di 4,8360 persen semalam. Imbal hasil sepuluh tahun bertahan di 4,1178 persen, juga mengakhiri sesi dengan datar.

Eropa kurang mendapat dukungan terhadap inflasi. Inflasi tahunan di Jerman dan Spanyol hampir tidak melambat pada Agustus, di luar perkiraan, sehingga meningkatkan pertaruhan terhadap angka inflasi di seluruh Eropa pada hari ini.

Taruhan bahwa Bank Sentral Eropa (ECB) harus menaikkan suku bunga pada September membuat euro melonjak terhadap yen, mencapai level tertinggi dalam 15 tahun di 159,76 yen semalam. Terakhir berada di 159,61 yen pada Kamis.

Baca juga: IHSG Kamis diprediksi variatif jelang rilis inflasi domestik
Baca juga: Wall St ditutup menguat, data ekonomi picu spekulasi jeda suku bunga
Baca juga: Saham Jerman berakhir negatif, indeks DAX 40 berkurang 0,24 persen

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2023