salah satu tujuan pembangunan berkelanjutan yaitu energi bersih
Jakarta (ANTARA) - Guru Besar Universitas Indonesia (UI) Imansyah Ibnu Hakim menyampaikan konservasi energi termal berperan bagi pembangunan berkelanjutan (sustainable development goals/SDGs).

"Konservasi energi dapat berkontribusi mencapai salah satu tujuan pembangunan berkelanjutan yaitu energi bersih dan terjangkau serta penanganan perubahan iklim," kata Imansyah dalam pidato pengukuhan sebagai guru besar dalam bidang Ilmu Teknik Konservasi Energi Termal di Universitas Indonesia (UI) Jakarta, Kamis.

Dalam pidato pengukuhannya, ia menyampaikan orasi ilmiah berjudul “Mindset of Energy Conservation: Konservasi Energi Termal Menuju Masa Depan Berkelanjutan”.

Dia menuturkan, berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) 2023, peningkatan populasi penduduk di Indonesia sebesar 1,05 persen dari tahun sebelumnya dan saat ini mencapai 278,69 juta jiwa.

Dengan meningkatnya populasi penduduk maka akan diiringi dengan bertambahnya berbagai kebutuhan hidup dan perkembangan teknologi.

Baca juga: Teknologi energi panas laut berpotensi dikembangkan di Bali

Peningkatan populasi penduduk dan pertumbuhan ekonomi selaras dengan kondisi perubahan iklim global telah mendorong peningkatan kebutuhan energi pendingin di dalam gedung.

"Pada wilayah yang mempunyai iklim tropis dengan suhu panas dan kelembaban relatif tinggi, sistem pemanas (heating), ventilasi (ventilating) dan penyejuk udara (air conditioning) atau HVAC diperlukan untuk menjaga kenyamanan ruangan dalam gedung," katanya. 

Terlebih, lanjut dia, kontrol kelembaban sangat penting untuk menjaga kondisi nyaman dan sehat bagi para penghuni dalam sebuah gedung.

Dengan adanya suhu panas dan kelembaban relatif tinggi, maka konsumsi energi untuk pengkondisian udara dalam gedung yang akan semakin tinggi.

Ia menambahkan, Standar Nasional Amerika untuk kondisi lingkungan termal bagi hunian manusia yakni ASHRAE Standard 55 (2010), direkomendasikan bahwa suhu dan kelembaban dalam ruangan sebuah bangunan harus dipertahankan pada suhu 23 derajat celsius dan kelembaban 50 persen.

Baca juga: Konservasi dan efisiensi energi didorong masuk kurikulum pendidikan

"Untuk memenuhi persyaratan ini, ada dua jenis metode pendinginan yang dikenal sebagai sistem pendinginan aktif dan pasif," ujarnya.

Dia merinci sistem pendingin aktif menggunakan ventilasi mekanis dan sistem pengkondisian udara dengan sistem pemanas (heating), ventilasi (ventilating), dan penyejuk udara (air conditioning) atau HVAC untuk menghasilkan efek pendinginan.

Sedangkan, sistem pendingin pasif mempertahankan kenyamanan suhu dalam bangunan melalui proses konveksi alami dengan mengurangi perolehan panas bersama konsumsi energi rendah atau tanpa konsumsi energi.

Pipa panas
Salah satu teknik pendinginan pasif adalah dengan menggunakan pipa panas (heat pipe) atau lebih tepatnya dengan menggunakan "close loop pulsating heat pipe" (CL PHP).

Heat pipe merupakan teknologi yang sudah cukup lama ada dan telah digunakan dalam berbagai aplikasi yang berhubungan dengan pemindahan panas (heat transfer).

Baca juga: Pemerintah dorong industri terapkan efisiensi energi

Penggunaan komponen tidak bergerak dan tanpa menggunakan energi tambahan menjadi kelebihan dari penggunaan "heat pipe" dalam sistem pemulihan panas (heat recovery).

Aplikasi "heat pipe" saat ini banyak digunakan untuk mendinginkan konsol permainan (game console), komputer, laptop, dan beberapa piranti komputer lainnya.

Menurut dia, pengembangan teknologi "heat pipe" sebagai salah satu upaya melakukan konservasi energi termal yang sudah terbukti mampu menghemat energi hingga melakukan pemulihan panas.

"Tentu masih dibutuhkan kreativitas dan inovasi dalam pengembangan teknologi 'heat pipe' ini,” ujarnya.

Dengan demikian, adanya konservasi energi termal diharapkan mampu berkontribusi tercapainya pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan yang berkelanjutan sebagai penyangga seluruh kehidupan.

Baca juga: Kementerian ESDM dorong konservasi energi di kalangan industri

Pewarta: Luthfia Miranda Putri
Editor: Edy Sujatmiko
Copyright © ANTARA 2023