Harga minyak menguat di perdagangan Asia pada Jumat.
Singapura (ANTARA) - Harga minyak menguat di perdagangan Asia pada Jumat, mencatat kenaikan untuk sesi keempat berturut-turut dan berada di jalur untuk menghentikan penurunan dua minggu berturut-turut karena pengetatan pasokan dan ekspektasi bahwa kelompok produsen minyak OPEC+ akan memperpanjang pengurangan produksi hingga akhir tahun.

Minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS terangkat 21 sen atau 0,3 persen, menjadi diperdagangkan di 83,84 dolar AS per barel pada pukul 06.05 GMT. Sementara itu, minyak mentah berjangka Brent bertambah 26 sen, juga 0,3 persen, menjadi diperdagangkan di 87,09 dolar AS per barel.

WTI telah meningkat lebih dari 5,0 persen selama seminggu, sementara Brent meningkat sekitar 3,0 persen.

Para analis memperkirakan Arab Saudi akan memperpanjang pengurangan produksi minyak secara sukarela sebesar 1 juta barel per hari hingga Oktober, menambah pemotongan yang dilakukan oleh Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya, yang dikenal sebagai OPEC+.

“Kami terus memperkirakan pemotongan akan diperpanjang, dengan harga di atas 90 dolar AS per barel (secara berkelanjutan) diperlukan untuk menarik pasokan OPEC kembali ke pasar, serta memberi insentif kepada produsen minyak serpih AS untuk meningkatkan aktivitas pengeboran,” National Australia Bank mengatakan dalam catatan klien pada Jumat.

Rusia, eksportir minyak terbesar kedua di dunia, juga telah sepakat dengan mitra OPEC+ untuk mengurangi ekspor minyak, kata Wakil Perdana Menteri Alexander Novak pada Kamis (31/8).

Persediaan minyak mentah AS turun lebih dari perkiraan sebesar 10,6 juta barel pada minggu lalu, data pemerintah pada Rabu (30/8) menunjukkan. Persediaan minyak mentah komersial telah anjlok 34 juta barel sejak pertengahan Juli.

Para pedagang dan investor sering kali memperlakukan perubahan dalam persediaan AS sebagai proksi perubahan dalam keseimbangan produksi-konsumsi global, dan harga dapat naik jika terjadi penipisan stok secara terus-menerus.

“Tanda-tanda permintaan yang lebih kuat juga terlihat jelas di pasar produk, dengan permintaan bensin yang terdorong lebih tinggi untuk pertama kalinya dalam tiga minggu,” kata ANZ dalam catatan penelitiannya pada Jumat.

Pelemahan dolar AS, yang tampaknya akan mengakhiri kenaikan enam minggu berturut-turut, juga membantu harga. Penguatan dolar AS menekan permintaan minyak karena membuat komoditas tersebut lebih mahal bagi pembeli yang memegang mata uang lainnya.

Sebuah survei yang menunjukkan aktivitas pabrik di China kembali berekspansi dan langkah Beijing untuk mendukung pasar perumahannya yang melemah juga membantu meningkatkan harga minyak pada Jumat, karena para pedagang berharap hal tersebut akan merangsang permintaan di konsumen minyak terbesar kedua di dunia itu.
Baca juga: Minyak menguat didorong ekspektasi pengurangan OPEC+ akan berlanjut
Baca juga: Minyak naik di awal Asia, siap hentikan penurunan dua minggu beruntun

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2023