Moskow (ANTARA News) - Seorang pria menembak mati enam orang, termasuk dua siswi, setelah merampok sebuah toko alat berburu di kota Belgorod, Rusia barat, Senin, kata beberapa pejabat setempat.

Polisi mengatakan, tersangka utama adalah seorang mantan tahanan yang berusia 30-an tahun dan ia melarikan diri dengan sebuah mobil.

Rekaman video amatir yang dipasang di Internet memperlihatkan sejumlah mayat yang tergeletak tertutup kain di trotoar jalan utama di kota itu, yang mengindikasikan bahwa pelaku menembak mati beberapa korbannya ketika ia melarikan diri.

Masyarakat yang melihat berkumpul di pusat Belgorod, sebuah kota di dekat perbatasan Ukraina sekitar 650 kilometer sebelah selatan Moskow.

Polisi menyiarkan gambar tersangka utama mereka -- seorang pria berambut coklat yang dibebaskan dari penjara pada 2012.

"Lima orang tewas di lokasi kejadian" dan seorang lagi tewas kemudian akibat luka-luka tembakan, kata pihak berwenang kota itu, dengan menambahkan bahwa dua anak perempuan yang berusia 14 dan 16 tahun termasuk di antara korban yang tewas.

Presiden Rusia Vladimir Putin telah diberi tahu tentang penembakan itu, kata juru bicaranya.

Belgorod berencana memberikan penghormatan pada korban dengan melakukan perkabungan dua hari mulai Selasa.

Penembakan itu terjadi di tengah keresahan sejumlah negara dunia setelah serangan bom pada Marathon Boston pekan lalu yang menewaskan tiga orang dan mencederai sekitar 180.

Tersangka pelaku pemboman itu adalah kakak-beradik etnik Chechnya. Namun, kelompok militan yang memerangi Rusia mengatakan, Minggu, mereka tidak dalam keadaan perang dengan AS dan tidak terlibat dalam pemboman itu.

Tamerlan Tsarnaev, warga keturunan Chechnya yang berusia 26 tahun, tewas ditembak oleh polisi AS setelah perburuan yang menutup wilayah Boston pada Jumat, dan adiknya, Djokhar (19), dituduh melakukan serangan itu.

Lawatan Tamerlan Tsarnaev ke wilayah bergolak Kaukasus Utara Rusia tahun lalu menimbulkan kecurigaan bahwa ia mungkin melakukan kontak dengan kelompok-kelompok militan yang berjuang untuk mendirikan sebuah negara Islam di Rusia.

Kremlin hingga kini masih berusaha mengatasi gerilyawan muslim di Kaukasus, satu dasawarsa setelah pasukan federal mendongkel dominasi separatis di Chechnya. Kekerasan dari Chechnya itu bahkan meluas ke Moskow, demikian Reuters melaporkan.

(SYS/M014)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2013