Kita tahu posyandu tidak hanya fokus pada pelayanan bayi dan balita sampai lansia, tetapi perlu juga ada pemenuhan kesehatan dari segi promotif dan preventif
Jakarta (ANTARA) -
Direktur Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Kementerian Kesehatan RI drg. Widyawati mengatakan, kader kesehatan berperan strategis mengedukasi masyarakat tentang penyakit tidak menular (PTM) dan mencegahnya dengan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).
 
“Untuk memastikan penyebaran edukasi tentang penyakit tidak menular berlangsung secara baik di masyarakat sampai tempat terpencil, maka kader posyandu memiliki peran yang strategis, mengingat kader posyandu memang tinggal di wilayah yang dekat masyarakat, sehingga perlu mengedukasi mereka bahwa PHBS itu penting untuk mencegah PTM,” kata Widya pada diskusi yang diikuti dalam jaringan di Jakarta, Senin.
 
Ia menyampaikan, para kader posyandu dan kepala dinas kesehatan di seluruh kabupaten/kota perlu memenuhi informasi-informasi kesehatan dan deteksi dini penyakit yang tidak menular kepada masyarakat.

Baca juga: BP2MI-Arab Saudi perkuat kerja sama penempatan tenaga kesehatan
 
“Kita tahu posyandu tidak hanya fokus pada pelayanan bayi dan balita sampai lansia, tetapi perlu juga ada pemenuhan kesehatan dari segi promotif dan preventif,” lanjut Widya.
 
Ia menjelaskan, PTM adalah suatu kondisi penyakit yang tidak dapat ditularkan dari satu individu ke individu lainnya, namun ini menjadi masalah serius yang patut menjadi perhatian, karena PTM adalah penyumbang terbesar penyebab kematian secara global maupun nasional.
 
Data prevalensi PTM yang dipaparkan Widya juga terus meningkat dan mengancam di usia muda, menurut Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO di tahun 2017, menyebabkan sekitar 40 juta atau 70 persen dari 56 juta kematian di dunia, dan 52 persennya kematian di bawah usia 70.

Baca juga: Kemenkes imbau masyarakat jangan anggap enteng dampak polusi udara
 
Sedangkan berdasarkan riset kesehatan dasar (riskesdas) di tahun 2018, menunjukkan bahwa PTM meningkat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, contohnya kanker, stroke, ginjal, dan beberapa penyakit lainnya.
 
“Untuk mengendalikan PTM ini perlu ada upaya promotif dan preventif, harapannya ke depan, angka kejadian PTM akan menurun dan kita berharap tidak meningkat kembali,” tuturnya.
 
Ia juga menegaskan pentingnya modifikasi faktor risiko penyakit tidak menular yang selama ini telah menjadi kebiasaan buruk sebagian besar masyarakat Indonesia.
 
“Promotif dan preventif perlu dilakukan misalnya modifikasi faktor risiko penyakit tidak menular, seperti konsumsi rokok dan alkohol, pola makan yang tidak sehat, malas bergerak (mager) atau kurangnya aktivitas fisik yang dapat mengakibatkan kelebihan berat badan, peningkatan tekanan darah dan gula, serta kolesterol,” ujar dia.

Baca juga: Kemenkes siapkan 740 fasilitas kesehatan tangani dampak polusi udara

Pewarta: Lintang Budiyanti Prameswari
Editor: Sambas
Copyright © ANTARA 2023