Jakarta (ANTARA) - Para aktivis muda berharap para pemimpin ASEAN merumuskan kebijakan iklim terpadu, termasuk pengurangan emisi, penerapan energi terbarukan, kebijakan, dan strategi adaptasi iklim di tingkat regional.

"Sebagai organisasi yang berpusat pada kaum muda, kami percaya bahwa suara mereka sangat penting dalam diskusi iklim karena perubahan iklim memiliki dampak kepada anak muda secara berbeda dari orang dewasa," kata Direktur Berpengaruh Plan Indonesia Nazla Mariza dalam keterangan, di Jakarta, Senin.

Untuk memastikan kaum muda, khususnya anak perempuan dapat terwakili dan terlibat secara bermakna dalam proses perubahan iklim, maka digelar pertemuan ASEAN Civil Society/ASEAN People Forum (ACSC/APF) yang dihadiri oleh para aktivis muda dari negara-negara ASEAN untuk menyampaikan aspirasi terkait isu keadilan iklim.

ACSC/APF diadakan dalam momentum Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN yang digelar di Jakarta.

Baca juga: Kualitas udara Jakarta dinilai membaik saat WFH bersamaan KTT ASEAN

Baca juga: Pemprov DKI jaga suhu kota tetap sejuk jelang KTT ASEAN


Dalam salah satu rangkaian kegiatan ACSC/APF, para aktivis muda menyepakati tiga rekomendasi untuk para pemimpin ASEAN mengatasi masalah keadilan iklim dan lingkungan dari perspektif kaum muda, yakni para Menteri Ekonomi dari negara-negara ASEAN dan berbagai lembaga di bawah pilar ASEAN Economic Community perlu mengimbau perusahaan-perusahaan di negara ASEAN agar ikut bertanggung jawab dalam memelihara kelestarian lingkungan, salah satunya dengan melakukan praktik bisnis yang berkelanjutan dan mematuhi standar lingkungan melalui pemberian insentif dan dan penerapan regulasi.

Kemudian harus ada lebih banyak kesempatan bagi kaum muda dari berbagai latar belakang untuk berani berbicara dan menyampaikan aspirasinya terkait keadilan iklim kepada para pemangku kebijakan melalui forum-forum seperti ASEAN People Forum.

Selain itu, Komisi Antar pemerintah tentang Hak Asasi Manusia ASEAN (AICHR) juga perlu melanjutkan penyusunan Kerangka Hak Lingkungan Hidup pada tahun 2024 yang mencakup peraturan tentang pembatasan produksi gas karbon (terkait dengan perusahaan dan pabrik), proyek bisnis berbasis lingkungan, dan proses mekanisme evaluasi.

Nazla Mariza berharap ketiga rekomendasi anak muda itu benar-benar didengar.

"Mudah-mudahan apa yang menjadi fokus kita dan masukan dari kaum muda yang telah kita rumuskan bersama, dapat masuk ke dalam rekomendasi untuk menanggulangi masalah keadilan iklim dan lingkungan pada KTT ASEAN mendatang," katanya.

Baca juga: Pemprov Jabar fokus pada penyelesaian polusi sambut KTT ASEAN 2023

Baca juga: YLKI: Penggunaan EV di KTT ASEAN ke-43 dorong nol emisi karbon

 

Pewarta: Anita Permata Dewi
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2023