Jakarta (ANTARA) - Epidemiolog dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM-UI) Pandu Riono mengatakan keputusan pemerintah menunjuk Luhut Binsar Pandjaitan sebagai koordinator penanganan polusi udara merupakan langkah tepat, karena sosoknya yang tegas sekaligus berani.

"Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan itu nekat dan berani, serta mau mengoreksi diri kalau dia salah," kata dia dikonfirmasi di Jakarta, Senin.

Ia mengatakan pengentasan masalah polusi udara yang berkecamuk di Jabodetabek dan sekitarnya sejak awal endemi COVID-19 hingga saat ini membutuhkan sosok pemimpin yang tegas dalam menyusun strategi mitigasi hingga penjatuhan sanksi bagi pelanggar.

Ia menyebut China sebagai negara yang tepat dijadikan acuan pengendalian polusi di Indonesia. Alasannya, China merupakan negara yang tegas mengatasi permasalahan polusi.

"China kan negara otoriter. Jadi kalau ada sumber emisi yang terbukti melanggar, ya ditutup saja. Kemudian mereka punya sistem transportasi publiknya sudah bagus, semuanya nurut, kalau tidak dilakukan tindakan hukum," ujarnya.

Baca juga: Kualitas udara Jakarta dinilai membaik saat WFH bersamaan KTT ASEAN

Pandu menyarankan hal utama yang perlu ditempuh Pemerintah RI dalam mengatasi masalah polusi udara adalah penyelesaian secara tegas di sumber polusi.

"Kalau sumbernya sudah diselesaikan, publik setiap hari dikasih tahu indeks kualitas udara seperti di Bangkok. Setiap beli tiket perjalanan ada pemberitahuan dan saya dikasih masker," katanya.

Dia mengatakan penyelesaian masalah polusi tidak bisa dilakukan secara instan melalui kebijakan yang tidak didasari latar ilmu pengetahuan.

"Kalau sekarang mumpung ada pertemuan ASEAN atau apa dan tidak macet, maka ada kebijakan instansi agar pekerja di-WFH-kan (kerja dari rumah). Itu tidak selesaikan masalah polusi," katanya.

Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan dipercaya oleh Presiden Joko Widodo untuk memimpin operasi penanganan polusi udara di Jakarta dan sekitarnya mulai Senin (28/8).

Menko Marves Luhut mengatakan masalah polusi udara butuh waktu hingga satu tahun untuk selesai.

"Kami semua kerjakan sekarang secara terintegrasi, dan imbauan kita tidak perlu saling menyalahkan karena ini tidak akan selesai dalam sebulan dua bulan. Bisa sampai tiga tahun atau bahkan satu tahun baru selesai," ujarnya.

Sebanyak tiga strategi Luhut untuk mengatasi polusi udara, yakni mempercepat transisi kendaraan listrik, pengecekan emisi karbon, penyediaan water mist generator atau pompa air bertekanan tinggi.

Baca juga: Pengaruh polusi udara terhadap kesehatan mata dan telinga
Baca juga: Menperin pastikan pemerintah sanksi industri sebabkan polusi udara

 

Pewarta: Andi Firdaus
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2023