Ekspor China kemungkinan mengalami kontraksi lebih lambat pada Agustus.
Beijing (ANTARA) - Ekspor China kemungkinan mengalami kontraksi lebih lambat pada Agustus, menurut jajak pendapat Reuters pada Selasa (5/9), menyoroti bahwa produsen masih berada di bawah tekanan setelah pengiriman keluar negeri mencatat kinerja terburuk sejak Februari 2020 pada bulan lalu.

Data untuk Agustus diperkirakan menunjukkan penurunan ekspor sebesar 9,2 persen dari tahun sebelumnya, menyusul penurunan sebesar 14,5 persen pada Juli, menurut perkiraan median dari 33 ekonom dalam jajak pendapat tersebut.

Barclays dan Nomura merupakan perusahaan yang paling bearish, memperkirakan bahwa permintaan luar negeri untuk barang-barang China memburuk bulan lalu dan memperkirakan penurunan ekspor sebesar 15 persen, sementara Standard Chartered memperkirakan ekspor turun hanya sebesar 4,0 persen.

Aktivitas pabrik China menyusut selama lima bulan berturut-turut pada Agustus, terbebani oleh kurangnya pesanan ekspor baru dan suku cadang impor, meskipun pemilik pabrik mengindikasikan harga produsen telah membaik untuk pertama kalinya dalam tujuh bulan, sebagai tanda peningkatan permintaan domestik.

Para pembuat kebijakan telah memperkenalkan serangkaian langkah-langkah dalam beberapa bulan terakhir untuk menopang pertumbuhan, dengan bank sentral dan regulator keuangan utama pekan lalu melonggarkan beberapa aturan pinjaman untuk membantu pembeli rumah.

Namun para analis memperingatkan bahwa langkah-langkah ini mungkin akan sulit untuk mencapai tujuan di tengah lambatnya pemulihan pasar tenaga kerja dan ekspektasi pendapatan rumah tangga yang tidak menentu.

Impor diperkirakan menyusut sebesar 9,0 persen, setelah turun 12,4 persen pada Juli, mencerminkan sedikit peningkatan permintaan domestik.

Namun pengiriman Korea Selatan ke China, yang merupakan indikator utama impor China, turun 27,5 persen pada bulan lalu, lebih buruk dari penurunan 25,1 persen pada Juli.

Perkiraan median dalam jajak pendapat tersebut menunjukkan bahwa surplus perdagangan China akan menyusut, dan para analis memperkirakan surplus tersebut akan mencapai 73,80 miliar dolar AS, dibandingkan dengan 80,6 miliar dolar AS pada Juli.

Data perdagangan China akan dirilis pada Kamis (7/9).
Baca juga: Rusia ingin tingkatkan ekspor ikan ke China setelah Jepang dilarang
Baca juga: Sulbar mengekspor perdana 5.500 ton bungkil sawit ke China

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2023