Salah satu hal yang penting untuk diperhatikan adalah tekanan darah yang menjadi pencetus penyakit jantung.
Jakarta (ANTARA) - Dokter spesialis jantung dan pembuluh darah RS Pusat Jantung Nasional Harapan Kita dr. Bambang Dwiputra, Sp.JP(K), mengatakan faktor risiko penyakit jantung bisa dikontrol dengan rutin melakukan medical check-up (cek kesehatan) sedari muda terutama paket lengkap.

“Jadi, di atas 20 atau 30 tahun harus rutin, kalau angkanya normal sekali setahun medical check-up, kalau tidak normal tindaklanjuti 6 bulan diulang lagi,” ucap Bambang dalam diskusi Kesehatan bersama RSPJN Harapan Kita yang diikuti secara daring di Jakarta, Rabu.

Cek kesehatan paket lengkap pada umumnya terdiri dari pemeriksaan tekanan darah, gula darah dan kolesterol.

Bambang, lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, mengatakan penyakit jantung dengan faktor risiko seperti keturunan dari keluarga memang tidak bisa dicegah. Jika dalam keluarga atau orang tua meninggal di usia 50 tahun ke bawah, keturunannya yang masih muda perlu memperhatikan kemungkinan besar risiko penyakit jantung.

Baca juga: Waspadai enam penyebab risiko serangan jantung di usia muda

Salah satu hal yang penting untuk diperhatikan adalah tekanan darah yang menjadi pencetus penyakit jantung. Tekanan darah tinggi yang sering dikatakan silent killer memang dikatakan Bambang cukup unik karena pada beberapa orang tidak terasa efeknya meskipun angka tekanan darahnya tinggi.

Bambang mengatakan membatasi pola makan yang rendah gula dan garam serta melakukan diet dapat membantu mengontrol tekanan darah.

“Selain membatasi gula dan garam, harus membatasi lemak yang sumbernya dari goreng-gorengan, jeroan. Jadi, perlu juga memahami makanan apa saja yang tinggi lemak contohnya kuning telur, daging yang pakai tetelan,” kata Bambang.

Membatasi pola makan yang tinggi gula juga bisa mengurangi penyakit gula seperti diabetes melitus. Kandungan gula dalam makanan akan menghasilkan hormon insulin dari pankreas. Jika tubuh kelebihan gula, pankreas akan kesulitan menghasilkan hormon insulin yang akhirnya timbul penyakit gula.

Baca juga: 9.000 langkah sehari kurangi risiko penyakit jantung bagi orangtua

Ketua kelompok staf medik prevensi dan rehabilitasi kardiovaskuler RSPJN Harapan Kita itu mengatakan pemeriksaan rutin yang perlu dilakukan lainnya adalah mengecek kadar kolesterol dalam darah. Dia mengatakan hampir 30 persen masyarakat Indonesia memiliki angka kolesterol yang tinggi karena kebiasaan makan yang buruk.

Konsumsi makanan yang mengandung santan, goreng-gorengan dan camilan tidak sehat semakin meningkatkan tingginya angka kolesterol masyarakat Indonesia. Bambang juga menambahkan kolesterol juga menjadi “pemeran utama” dalam membuat sumbatan di pembuluh darah jantung.

Maka itu dia menyarankan sedari muda harus memperhatikan gaya hidup dan memperhatikan apa yang dimakan agar tidak terkena serangan jantung.

“Makanya kalau berbicara mau mencegah penyakit jantung kita tidak cukup dengan satu hal saja, misalnya orang yang merokok kita stop merokoknya. Banyak faktor-faktor lain mulai dari berat badan kemudian kebiasaan makan kita,” kata dokter subspesialis rehabilitasi dan prevensi kardiovaskuler itu.

Pasien yang terkena penyakit jantung biasanya akan merasakan keluhan seperti nyeri dada atau sesak napas. Jika sudah terdiagnosis penyakit jantung, dokter akan menilai seberapa besar penyumbatan pada pasien untuk melakukan tindakan.

Tindakan penyakit jantung bisa melalui obat-obatan jika sumbatan masih belum terlalu banyak. Namun, jika sudah menyumbat pembuluh darah lebih dari 80 persen akan dilakukan tindakan operasi pemasangan ring atau bypass.

“Tentu saja kita harapkan pasien tersebut ada perbaikan dari sisi keluhan, dia bisa kembali beraktivitas seperti biasa,” kata Bambang.

Baca juga: Studi: Berkumur 30 detik bisa prediksi risiko penyakit jantung 

Baca juga: Diet vegetarian berkhasiat menurunkan kadar kolesterol dalam tubuh

Baca juga: Pusing bisa jadi salah satu gejala aritmia


Pewarta: Fitra Ashari
Editor: Natisha Andarningtyas
Copyright © ANTARA 2023