Singapura (ANTARA) - Harga minyak melemah di perdagangan Asia pada Kamis sore, karena kekhawatiran atas permintaan akibat perlambatan musiman selama musim dingin dan ketidakpastian prospek ekonomi China melebihi ekspektasi pasokan yang lebih ketat dari pengurangan produksi yang berkepanjangan di Arab Saudi dan Rusia.

Minyak mentah berjangka Brent tergelincir 36 sen menjadi diperdagangkan di 90,24 dolar AS per barel pada pukul 06.45 GMT, setelah kenaikan sembilan sesi berturut-turut. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS turun 37 sen menjadi diperdagangkan di 87,17 dolar AS per barel setelah naik tujuh sesi.

Kedua harga minyak acuan tersebut melonjak pada awal pekan ini setelah Arab Saudi dan Rusia, dua eksportir minyak terbesar dunia, memperpanjang pengurangan pasokan secara sukarela hingga akhir tahun. Pemotongan ini merupakan tambahan dari pemotongan produksi pada April yang disepakati oleh beberapa produsen OPEC+ yang berlaku hingga akhir tahun 2024.

“Saat ini, sangat sulit bagi kami untuk melihat faktor-faktor negatif apa pun karena keterbatasan pasokan. Namun, kami perlu mempertimbangkan kemungkinan risiko permintaan seperti pada kuartal keempat, pasar bisa melambat memasuki musim puncak konsumsi minyak setelah permintaan musim panas berakhir," kata Leon Li, analis CMC Markets yang berbasis di Shanghai.

Pelaku pasar juga mencerna data beragam dari China. Ekspor secara keseluruhan turun 8,8 persen pada Agustus secara tahun ke tahun dan impor mengalami kontraksi 7,3 persen. Namun impor minyak mentah melonjak 30,9 persen.

Li mengatakan ada beberapa tanda yang menggembirakan bagi perekonomian China. Tingkat penurunan data perdagangan lebih kecil dari perkiraan dan pemerintah China juga telah memperkenalkan serangkaian langkah kebijakan untuk meningkatkan pasar keuangan dan real estat.

Namun, masih terlalu dini untuk menilai laju pemulihan permintaan China, meskipun seharusnya sudah membaik sejak Juli, tambahnya.

Kekhawatiran mengenai peningkatan produksi minyak dari Iran dan Venezuela, yang dapat mengimbangi pengurangan produksi dari Saudi dan Rusia, juga membatasi pasar.

"Tindakan OPEC+ sebagian dirusak oleh kembalinya pasokan minyak dari Iran. Produksi minyak mentah Iran berkisar lebih tinggi sepanjang tahun ini, mencapai 2,83 juta barel per hari pada Juli, naik dari 2,55 juta barel per hari pada Januari, kata analis riset BMI dalam sebuah laporan.

“Kami juga mencatat adanya risiko positif terhadap perkiraan produksi Venezuela kami, dimana para pejabat AS dilaporkan sedang menyusun proposal untuk meringankan sanksi jika Caracas melanjutkan rencana untuk mengadakan pemilihan presiden baru,” mereka menambahkan.

Membantu mendukung harga, persediaan minyak mentah AS diproyeksikan turun 5,5 juta barel dalam pekan yang berakhir 1 September, menurut sumber pasar yang mengutip angka American Petroleum Institute (API).

Data persediaan resmi dari Badan Informasi Energi AS akan dirilis pada Kamis pukul 11.00 waktu setempat (15.00 GMT).

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Nurul Aulia Badar
Copyright © ANTARA 2023