Dengan kecanggihan teknologi saat ini, anak muda memiliki peran penting dan dapat membantu mengatasi masalah radikalisme ini.
Jakarta (ANTARA) - Gerakan radikal berpotensi muncul jelang pemilihan umum. Hal itu dapat mengancam keberlangsungan pemilu, yang merupakan momen penting bagi Indonesia untuk mewujudkan pesta demokrasi dengan memilih presiden dan anggota legislatif yang baru.

Kelompok radikal dan teroris sengaja memecah-belah bangsa agar terjadi kekacauan di masyarakat. Mereka memanfaatkan masa kampanye untuk menyebarkan narasi kebencian dan hoaks di dunia maya. Hal ini dapat mengancam keberhasilan pemilu.

Upaya untuk mencegah radikalisme dan terorisme menjelang pemilu perlu dilakukan oleh semua pihak, termasuk Pemerintah, masyarakat, dan media.

Di era digitalisasi seperti sekarang ini, hampir semua orang tak pernah jauh dari gawai atau gadget. Berbagai informasi dapat dengan mudah didapatkan baik informasi positif maupun informasi negatif sekalipun. Konten-konten yang sering dilihat di dunia maya tentu saja dapat memengaruhi perilaku kehidupan masyarakat sehari-hari.

Biasanya anak-anak muda atau remaja yang sedang mencari jati diri akan dengan mudah menelan bulat-bulat berbagai informasi dari sosial media untuk membentuk branding dirinya.

Tentu saja tidak salah jika informasi yang didapatkan adalah positif, namun bagaimana jadinya jika informasi yang dikonsumsi setiap harinya adalah konten-konten negatif seperti radikalisme.

Radikalisme merupakan suatu paham yang dibuat oleh sekelompok orang yang menginginkan perubahan tatanan sosial dan politik secara drastis dengan cara kekerasan.

Bayangkan yang akan terjadi jika generasi muda terpapar paham radikalisme yang terus menerus didapatkan dari sosial media, tentu saja sangat berbahaya bagi tumbuh kembang dan orang-orang di sekitarnya.

Secara umum, menurut Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), kualitas penyebaran radikalisme meningkat, namun kuantitasnya turun. Bahkan untuk saat ini mereka memiliki tiga sasaran, yakni anak-anak, remaja, dan perempuan.

“Secara passion bisa kita katakan secara kualitas itu meningkat, kuantitasnya turun. Ini belum masuk penelitian, hanya secara umum, kita bandingkan ledakan bom Bali. Bom Bali itu paling besar tetapi semakin ke sini semakin mengecil itu ledakannya. Hal itu karena bom Bali belum melibatkan anak-anak, remaja, dan perempuan,” kata Direktur Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Prof. Irfan Idris.

Pengamat terorisme Al Chaidar mengungkapkan bahwa kebanyakan remaja juga dapat dengan mudah terpapar paham radikalisme yang diselipkan dengan nilai agama. Hal itu karena mereka masih terlalu muda dan ilmu agamanya masih sangat sedikit sehingga mengalami kekeringan spiritual yang akut.

“Begitu mereka mendapatkan seorang pengasuh yang memberikan pengetahuan agama, akhirnya mereka akan ikut ke situ, begitu. Apalagi mereka melihat realitas yang memang harus dihadapi dan dilawan dengan menggunakan wacana-wacana agama itu,” kata pengamat terorisme Al Chaidar kepada ANTARA.

Sebagai masyarakat awam dapat mengetahui tanda-tanda seorang remaja yang terkena paham radikalisme dengan mudah saat ini, contohnya, bisa dilihat dari kecenderungan berpikirnya, referensi atau rujukan yang dipakai terutama tafsiran-tafsiran dia terhadap ayat-ayat Al-Quran ataupun sabda nabi yang telah dianulir dengan informasi yang tidak benar.


Duta Damai

Demi mencegah terjadinya hal tersebut Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) bekerja sama dengan lembaga-lembaga yang terkait dengan penyebaran informasi serta membentuk mitra yang salah satunya adalah Duta Damai Dunia Maya.

Duta Damai Dunia Maya ini berperan aktif menyebarkan informasi-informasi perdamaian melalui website dan juga konten-konten menarik di sosial media. Khusus di media online Duta Damai Dunia Maya ini memfokuskan penyebaran informasi melalui Tiktok dan Instagram.

Duta Damai Dunia Maya ini terdiri anak-anak muda yang tentunya memiliki ketertarikan dan juga keinginan untuk turut serta membantu menghentikan penyebaran konten-konten negatif yang yang berisi ujaran kebencian, permusuhan, serta kekerasan yang ada di dunia maya.

Duta Damai Dunia Maya tersebar di 18 provinsi dan ditambah dengan dua Duta Damai Santri yang ditempatkan di pesantren-pesantren di Jawa Timur dan Jawa Tengah.

Konten informasi yang dibuat juga bukan asal-asalan mereka membuat konten yang dibalut dengan komedi dan tentu saja mengikuti tren. Dengan konten yang fun dan menarik seperti itu biasanya pesan yang ada dalam konten tersebut akan melekat dalam benak para generasi muda ini.

Sedangkan untuk kegiatan offline mereka kerap melakukan edukasi pencegahan radikal terorisme kepada organisasi-organisasi, atau komunitas mahasiswa dan pelajar, tentunya dengan bekerja sama dengan pemerintah serta instansi yang ada di wilayah-wilayah regional.

Terdapat tiga program offline andalan yang dilakukan oleh Duta Damai Dunia Maya ini, antara lain:

- Jalan Damai adalah kunjungan ke suatu tempat baik itu rumah ibadah maupun tempat wisata yang dapat diambil nilai-nilai sejarahnya.

- Kampung Binaan adalah pengajaran kepada anak-anak di suatu wilayah di DKI Jakarta dengan menerapkan konsep perdamaian.

- Goes to School yaitu seminar di sekolah mengenai pencegahan radikal terorisme yang dikemas dengan bahasa yang mudah dipahami dan untuk targetnya adalah pelajar.

Adapun dari BNPT sendiri selalu bersinergi dengan lembaga-lembaga negara yang dapat berperan aktif untuk memberantas radikalisme seperti dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, serta Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia.

Salah satu contoh bentuk sinergi yang telah dilakukan adalah kerja sama dengan Kemkominfo dalam memblokir ratusan ribu konten yang memuat tentang radikalisme, kekerasan, dan ujaran kebencian.

Dari BNPT sendiri untuk mencegah penyebaran radikalisme, mereka menyiapkan kesiapsiagaan nasional, kontra-radikalisasi dan deradikalisasi. Hal tersebut juga merupakan beberapa strategi untuk menetralisir paham-paham yang dianggap radikal dan membahayakan dengan cara pendekatan tanpa kekerasan.

Kesiapsiagaan sendiri biasanya melibatkan tokoh masyarakat, sedangkan kontra-radikalisasi dilakukan dengan cara memperbanyak kontra propaganda dan kontra-ideologi. Untuk yang terakhir deradikalisasi, ditujukan kepada mantan teroris dan napi teroris dalam lapas yang kemudian akan dibina dengan keagamaan, kebangsaan dan kewirausahaannya.

Dengan kecanggihan teknologi saat ini, anak muda memiliki peran penting dan dapat membantu mengatasi masalah radikalisme ini. Anak-anak muda ini dapat bergabung dengan mitra-mitra BNPT seperti Duta Damai Dunia Maya atau dalam hal paling sederhana yang dapat generasi muda ini lakukan adalah membagikan konten-konten positif yang jauh akan kekerasan, ujaran kebencian, dan juga paham radikal.








 

Editor: Achmad Zaenal M
Copyright © ANTARA 2023