responden urbanites yang ingin mengoptimalkan gaya hidupnya ini menjadi fokus digibank by DBS
Jakarta (ANTARA) - Aplikasi bank digital milik PT Bank DBS Indonesia, digibank by DBS fokus untuk membidik nasabah dari kalangan masyarakat urbanites atau masyarakat perkotaan.

Head of Consumer Banking Marketing Technology PT Bank DBS Indonesia Risanti Febriana menyampaikan bahwa masyarakat urbanites memegang proporsi terbesar kedua dari kategori masyarakat kelas menengah di Indonesia, yakni sebesar 26 persen.

“Dengan proporsi terbesar kedua dari kelas menengah di Indonesia yakni sebesar 26 persen, responden urbanites yang ingin mengoptimalkan gaya hidupnya ini menjadi fokus digibank by DBS karena beragamnya aspirasi hidup yang mereka miliki namun diiringi rasa tanggung jawab tinggi untuk memastikan masa depan yang aman,” kata Risanti dalam konferensi pers digibank by DBS di Jakarta, Senin.

Hal tersebut didasarkan dari hasil studi Bank DBS terhadap 7.500 responden dari segmen masyarakat kelas menengah dengan pendapatan individu per bulan sebesar Rp10 juta ke atas.

Tujuannya yakni untuk meneliti beragam aspek seperti nilai kehidupan, gaya hidup, aspirasi, tantangan hidup, serta perilaku keuangan, dan bagaimana hal ini membentuk sikap mereka terhadap produk finansial termasuk perbankan.

Baca juga: DBS Treasures yakin dana kelolaan tumbuh 20 persen di akhir 2023

Dari hasil studi tersebut, ditemukan bahwa masyarakat urbanites umumnya mempunyai pengeluaran sebesar 70 persen dari pendapatan untuk kebutuhan primer dan sekunder, sementara 30 persen lainnya digunakan untuk rencana jangka pendek seperti liburan, hobi dan gaya hidup.

“Kendati telah mempunyai rencana alokasi dana dan finansial yang cukup matang, mereka masih memiliki beberapa kekhawatiran di antaranya kurangnya dana untuk menikmati hidup, banyaknya prioritas yang harus dijalani, hingga kejadian tak terduga pada anggota keluarga,” ujar Risanti.

Kekhawatiran masyarakat urbinites sekitar 40 persen terletak pada takut akan kejadian tak terduga pada keluarga serta dana pensiun yang tak memadai.

Kemudian, 38 persen khawatir kehilangan sumber dana pemasukan, 31 persen khawatir akan jumlah prioritas yang harus ditangani, serta 28 persen takut akan tidak cukup dana untuk dinikmati.

Dalam studi tersebut, juga ditemukan adanya lima persona berdasarkan perilaku responden, yaitu 39 persen responden yang memprioritaskan kebutuhan rumah tangga seperti memenuhi kebutuhan sehari-hari, 26 persen responden yang ingin mengoptimalkan pengalaman hidupnya seperti liburan dan membeli barang mewah.

Selain itu, 14 persen responden yang memiliki aspirasi untuk memenuhi kesenangan pribadi dan kebutuhan sosial seperti membeli kendaraan dan mengganti gadget, 12 persen responden yang secara konsisten membangun keuangan untuk kebebasan masa depan seperti mempersiapkan pendidikan anak dan dana pensiun, serta 9 persen responden yang aktif dan ambisius dalam membangun keuangan seperti renovasi dan mengembangkan properti.

Pada kesempatan yang sama, Consumer Banking Director PT Bank DBS Indonesia Rudy Tandjung menyampaikan, Bank DBS akan selalu konsisten untuk berfokus pada nasabah serta mengembangkan produk yang komprehensif dan relevan.

"Kami berkomitmen untuk mendampingi mereka dalam setiap tahap (wealth continuum) baik dalam bertransisi menuju kelas menengah (44 persen dari populasi Indonesia), ketika sudah menjadi bagian dari kelas menengah (20 persen dari populasi Indonesia), hingga saat menjadi nasabah segmen prioritas," katanya.

Baca juga: Ekonom DBS optimistis sektor perbankan dan konsumsi tumbuh positif

Baca juga: Bank DBS proyeksi cadangan devisa RI capai 145 miliar dolar akhir 2023

Pewarta: Bayu Saputra
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2023