Jakarta (ANTARA) -
Deputi Bidang Advokasi, Penggerakan, dan Informasi Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Sukaryo Teguh Santoso menyampaikan bahwa penurunan stunting bukan sekadar mencapai target angka, melainkan untuk menghasilkan sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas.
 
“Menurunkan stunting 14 persen itu kita tidak sekadar bicara angka saja, tetapi misi yang sesungguhnya itu mempersiapkan sumber daya manusia berkualitas, karena kita dihadapkan tantangan yang luar biasa dalam 10-25 tahun ke depan, terlebih untuk menghadapi Indonesia Emas tahun 2045,” kata Teguh dalam diskusi kelas Tim Pendamping Keluarga yang handal, berempati, dan bersahabat (TPK Hebat) yang diikuti dalam jaringan di Jakarta, Rabu.
 
Teguh menjelaskan, upaya percepatan penurunan stunting dilakukan melalui pendekatan berbasis keluarga berisiko stunting yang menjangkau kelompok sasaran remaja, calon pengantin, ibu hamil, ibu pascapersalinan dan menyusui serta anak 0-59 bulan, sesuai dengan Peraturan Presiden nomor 72 tahun 2021 dan Rencana Aksi Nasional Percepatan Angka Stunting tahun 2021-2024.
 
“Tantangan masih cukup besar untuk mencapai angka 14 persen di tahun 2024, butuh kerja keras, dukungan, dan komitmen luar biasa. Untuk itu penting dilakukan pendampingan keluarga berisiko stunting yang dilakukan oleh TPK yang terdiri dari para bidan, Tim Penggerak PKK dan kader-kader keluarga berencana yang selama ini telah berkolaborasi menyukseskan program Pembangunan Keluarga, Kependudukan dan Keluarga Berencana (Bangga Kencana),” ujar dia.
 
Berdasarkan data yang disampaikan Teguh, saat ini TPK yang ada di lapangan terdiri dari 200.000 tim atau 600.000 personil di seluruh Indonesia.
 
“TPK berperan penting di dalam memberikan komunikasi, informasi, dan edukasi, fasilitasi pelayanan rujukan kesehatan, dan fasilitasi layanan program bantuan sosial pada sasaran remaja, calon pengantin, ibu hamil, ibu pasca persalinan dan menyusui, serta anak 0-59 bulan,” ucapnya.
 
Oleh karena itu, Teguh memberikan apresiasi kepada tim TPK seluruh Indonesia dalam upaya percepatan penurunan stunting, sehingga berdasarkan Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) angka stunting di mengalami penurunan secara signifikan dari tahun 2021 sebesar 24,4 persen menjadi 21,6 persen di tahun 2022.
 
“TPK berperan penting untuk mendukung kebutuhan keluarga di Indonesia yang berhak dan memenuhi persyaratan bantuan sosial, rujukan kesehatan serta pemenuhan gizi sebagai upaya perbaikan kondisi keluarga untuk mencegah stunting,” tuturnya.

Baca juga: BKKBN turut galakkan kampanye gemar makan ikan untuk tangani stunting

Baca juga: Kepala BKKBN: Keluarga jadi fondasi sambut bonus demografi

Baca juga: BKKBN: Kunci penurunan stunting terletak pada peran TPK

Pewarta: Lintang Budiyanti Prameswari
Editor: Nurul Hayat
Copyright © ANTARA 2023