Bandung (ANTARA News) - Kekeringan di Kabupaten Bandung, Jabar, makin meluas dan diperkirakan 2.100 hektar areal persawahan yang tersebar di 14 kecamatan terancam puso. "Menurut laporan terakhir kekeringan semakin meluas, bahkan tanahnya ada yang sudah retak-retak. Di beberapa tempat diupayakan dengan pompanisasi," kata Kasubdin Tanaman Padi dan Palawija, Dinas Pertanian Kabupaten Bandung, Jumhana di Bandung, Senin. Menurut Jumhana, kekeringan terparah terjadi di Kecamatan Champelas yang mengancam 576 hektar areal pertanian, kemudian Kecamatan Cililin 532 hektar dan di Kecamatan Bojongsoang 180 hektar. Sementara itu kekeringan juga terjadi di beberapa kecamatan lainnya seperti Kecamatan Nagreg, Paceh, Ibun, Cicalengka, Rancaekek, Majalaya, Solokanjeruk, Rancabali, Sindangkerta, Gununghalu serta beberapa kecamatan lainnya. "Beberapa areal tanaman padi yang pertengahan Juni 2006 statusnya terancam kekeringan kini statusnya meningkat jadi kekeringan, padahal usia tanaman padi di daerah itu sebagian besar dibawah 30 hari," kata Jumhana. Kekeringan yang melanda Kecamatan Cihampelas dan Cililin paling memprihatinkan. Puluhan hektar sawah di sana sudah mulai retak-retak dan terancam puso atau mati diantaranya di Desa Warga Mekar, Citapen serta Cihampelas. Selain itu ratusan hektar lainnya di Kecamatan Gununghalu dan Sindangkerta juga mengalami nasib serupa. Hal sama juga terjadi di Kecamatan Baleendah, yakni di Desa Wargamekar dan Cangkring terutama di blok Cikopo. Padahal tanaman padi di sana masih sangat membutuhkan pengairan yang cukup, namun irigasi di sana sudah sangat minim. Beberapa orang warga setempat sudah berupaya meminjam pompa air untuk menyedot air ke pesawahan mereka. Hal sama juga dilakukan oleh petani di Kecamatan Solokan Jeruk. Mereka membendung Sungai Citarik yang debit airnya terus menurun. Sekitar 50 hektar sawah di Solokanjeruk mengalami kekeringan cukup parah, bahkan sebagian tanaman padi di sana sudah mati karena tidak terairi. "Adapun yang masih bertahan saat ini pertumbuhannya tidak normal, kalaupun sampai dapat panen gabahnya mungkin tidak terlalu berisi," kata Ma`mun (38) petani di Solokajeruk yang mengaku setahun ia hanya panen dua kali. Sementara itu pompa air yang sudah disebarkan pada musim kemarau saat ini sebanyak 20 unit yang disebarkan di delapan desa yang rawan kekeringan antara lain di Kecamatan Ciparay, Ibun, Cimaung, Ibun, Solokanjeruk, Nagreg, Rancaekek, Cililin dan Sindang Kerta. "Sampai saat ini pompanisasi untuk sementara bisa mengairi 1.322 hektar lahan tanaman padi yang diperasikan oleh P3A Mitra Cai atau kelompok tani di sana," kata Jumhana. Para petan di lokasi kekeringan mengaku sering mengalami kekeringan pada musim kemarau, namun mereka enggan merubah pola tanam mereka dengan menanam tanaman palawija atau padi gogo. Mereka mengaku menanam padi dengan modal nekad atau untung untungan berpacu dengan kemarau. "Kalau beruntung kita bisa panen meski hasilnya tidak memuaskan akibat kekeringan. Kalau ditanami palawija harganya tidak maksimal karena daerah Bandung Selatan ini penghasil sayuran," kata Ma`mun, di Solokanjeruk.(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2006