Saya pikir sebagian besar pasar sudah siap menghadapi rebound inflasi, mengingat kenaikan harga energi global yang pesat
Singapura (ANTARA) - Saham-saham Asia menguat pada awal perdagangan Kamis, karena para pedagang memperkirakan kejutan kecil pada inflasi AS tidak mungkin mendorong kenaikan suku bunga dan mengalihkan fokus mereka ke pertemuan Bank Sentral Eropa di sesi nanti.

Indeks MSCI yang terdiri dari saham Asia Pasifik di luar Jepang terangkat 0,4 persen pada awal perdagangan. Nikkei Tokyo naik 0,8 persen ke level tertinggi satu minggu.

Data semalam menunjukkan harga bahan bakar yang lebih tinggi telah mengangkat harga konsumen AS paling tinggi dalam 14 bulan pada Agustus, dengan tingkat tahunan sebesar 3,7 persen yang sedikit di atas ekspektasi. Inflasi inti melambat menjadi 4,3 persen secara tahunan, seperti yang diperkirakan.

Imbal hasil obligasi pemerintah AS awalnya lebih tinggi, begitu pula dolar AS, sebelum keduanya menelusuri kembali pergerakan tersebut.

Imbal hasil obligasi pemerintah AS 10-tahun yang menjadi acuan mengakhiri sesi New York sedikit lebih rendah satu basis poin dan turun satu basis poin lagi di awal sesi Asia menjadi 4,24 persen. Imbal hasil obligasi dua tahun melonjak di atas 5,0 persen, namun terakhir berada di angka 4,97 persen.

“Saya pikir sebagian besar pasar sudah siap menghadapi rebound inflasi, mengingat kenaikan harga energi global yang pesat,” kata Glenn Yin, kepala penelitian dan analisis AETOS Capital Group di Melbourne.

“Rasanya jeda The Fed yang sangat dinanti-nantikan pada minggu depan melebihi fakta bahwa inflasi telah meningkat pada laju tercepat dalam lebih dari setahun.”

Dana Fed berjangka hampir tidak berubah karena data inflasi, dan menyiratkan hampir tidak ada peluang kenaikan suku bunga minggu depan, dan sekitar 45 persen peluang kenaikan suku bunga lagi pada akhir tahun.

Perancang cip Arm Holdings semalam juga mendapatkan valuasi 54,5 miliar dolar AS, dengan harga IPO sebesar 51 dolar AS per saham di atas kisaran yang ditunjukkan. Sahamnya mulai diperdagangkan pada Kamis.

Pergerakan saham di Asia sebagian besar tidak terlalu besar, dengan Hang Seng naik 0,2 persen, Kospi di Korea Selatan naik 0,9 persen dan pasar China daratan datar. Saham kendaraan listrik China merosot setelah Uni Eropa mengumumkan penyelidikan terhadap subsidi mereka.

Euro telah didukung pada minggu ini oleh meningkatnya ekspektasi terhadap Bank Sentral Eropa (ECB) untuk menaikkan suku bunga pada Kamis, meskipun para analis mengatakan bank tersebut mungkin kesulitan untuk mendapatkan kenaikan lebih lanjut.

Pasar condong ke arah kenaikan yang akan membawa suku bunga utama Eropa ke rekor tertinggi dan mata uang bersama – terakhir pada 1,0739 dolar – telah diperdagangkan setinggi 1,0770 dolar pada minggu ini.

"Entah ECB mengejutkan dengan tidak menaikkan suku bunga, atau mereka memberikan kenaikan suku bunga yang sangat dovish di akhir siklus," kata Brent Donnelly dari Spectra Markets. "Bagaimanapun, ini bukan euro yang bullish," katanya.

Di pasar valuta asing lainnya, dolar Australia terdorong oleh lonjakan lapangan kerja pada Agustus dan naik sekitar 0,4 persen menjadi 0,6440 dolar AS. Dolar Selandia Baru juga menguat pada 0,5941 dolar AS, sementara dolar tergelincir sekitar 0,2 persen menjadi dibeli 147,11 yen.

Yen sebagian besar telah mengembalikan keuntungan yang diperoleh setelah Gubernur Bank Sentral Jepang Kazuo Ueda mengisyaratkan kondisi untuk mengakhiri suku bunga negatif jangka pendek, karena para pedagang memperkirakan jalan keluar akan berjalan lambat dan kesenjangan dengan suku bunga AS tetap lebar.

Yuan China stabil di 7,2718 per dolar.

Baca juga: Saham Asia dibuka melemah ikuti penurunan Wall St jelang data inflasi

Baca juga: Saham Asia dibuka datar, dolar turun karena investor tunggu inflasi AS


 

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2023