Jakarta (ANTARA) - Kementerian Perhubungan (Kemenhub) menilai Selat Malaka dan Selat Singapura memiliki peran penting karena merupakan jalur yang menghubungkan Samudera Hindia dan Laut China Selatan serta merupakan jalur pelayaran yang sempit namun padat lalu lintas.

"Oleh karenanya, muncul kekhawatiran yang semakin besar terhadap keselamatan navigasi pelayaran dan dampaknya terhadap lingkungan laut pada kedua Selat ini," kata Sekretaris Jenderal Kementerian Perhubungan, Novie Riyanto dalam keterangan di Jakarta, Kamis.

Hal itu disampaikan saat membuka ASEAN Hydrographic Survey Workshop yang dihadiri oleh Ambassador of the Mission of Japan to ASEAN, Deputy Secretary General for ASEAN Economic Community, ASEAN Secretariat, Negara Anggota ASEAN, serta organisasi Internasional dan pemangku kepentingan yang mempunyai kepentingan di Selat Malaka dan Selat Singapura.

Untuk mengatasi kekhawatiran ini, katanya, tiga negara pantai yakni Indonesia, Malaysia dan Singapura telah menjalin kerja sama untuk meningkatkan keselamatan pelayaran dan perlindungan lingkungan laut dari dampak negatif kegiatan pelayaran.

Dikatakan, ASEAN Hydrographic Survey 2023 ini merupakan proses akhir dari nota kesepahaman (MoU) antara Pemerintah Jepang dengan 3 Negara Pantai (Indonesia, Malaysia dan Singapura) untuk bekerjasama dalam melaksanakan survei hidrografi di sepanjang Traffic Separation Scheme (TSS) Selat Malaka dan Selat Singapura dengan biaya dari Pemerintah Jepang melalui Japan-ASEAN Integration Fund (JAIF) yang ditandatangani pada tahun 2017

Lebih lanjut, Novie juga menjelaskan bahwa fokus utama dari kegiatan ini adalah untuk mensosialisasikan Electronic Nautical Chart versi terbaru Selat Malaka dan Selat Singapura. Versi terbaru ini, menurutnya, dikembangkan oleh 3 Negara Pantai dan didukung oleh Jepang, memberikan informasi penting tentang perairan dalam, posisi bangkai kapal, terumbu karang, serta bebatuan di perairan.

“Informasi ini tentunya akan sangat bermanfaat bagi kapal-kapal yang berlayar melalui Selat Malaka dan Selat Singapura serta tentunya berkontribusi terhadap keselamatan maritim,” katanya.

Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Perhubungan Laut, Capt. Antoni Arif Priadi, yang bertindak selaku Ketua Delegasi Indonesia pada Workshop dimaksud juga menekankan pentingnya Selat Malaka dan Selat Singapura sebagai salah satu jalur pelayaran paling strategis di dunia.

Menurutnya, volume lalu lintas, panjang dan karakteristik geografis dari kedua Selat tersebut terus menjadi tantangan bagi Negara Pantai, Indonesia, Malaysia dan Singapura untuk memastikan terselenggaranya keselamatan pelayaran dan perlindungan lingkungan di kedua Selat tersebut.

“Oleh karena itulah, ketiga Negara Pantai bersama dengan Malacca Straits Council Jepang memprakarsai proyek Survei Hidrografi Bersama untuk meningkatkan keselamatan pelayaran di wilayah tersebut,” terangnya.

Baca juga: RI-Singapura-Malaysia bahas keselamatan pelayaran di Selat Malaka
Baca juga: Indonesia wujudkan keselamatan pelayaran di Selat Malaka
Baca juga: Indonesia bahas keselamatan pelayaran di Selat Malaka dan Singapura

 

Pewarta: Ahmad Wijaya
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2023