Caracas (ANTARA News) - Oposisi Venezuela menggugat hasil pemilihan presiden bulan lalu, yang dimenangkan oleh penerus almarhum Hugo Chavez, dan makin mengeruhkan transisi yang sudah berantakan untuk terus berlanjut tanpa pemimpin yang memecah belah.

Oposisi sayap kanan tengah di negara Amerika Selatan kaya minyak itu mengajukan gugatan resmi kepada Mahkamah Agung, meskipun mereka mengatakan jika pengadilan sarat dengan hakim pro-Chavez yang tentu akan menolak gugatan.

Pejabat koalisi oposisi Ramon Jose Medina mengatakan gugatan itu mencantumkan "suap, kekerasan dan penipuan" selama proses pemilihan umum yang berakhir dengan kemenangan penerus Chavez, Nicolas Maduro atas saingannya Henrique Capriles.

Langkah ini pada hakikatnya merupakan formalitas yang diperlukan sebelum oposisi membawa kasus itu ke Pengadilan Inter-Amerika untuk Hak Asasi Manusia - bagian dari Organisasi Negara-Negara Amerika Selatan.

Maduro, seorang mantan sopir bus, memenangkan pemilihan umum pada 14 April dengan margin tipis, hanya sekitar 1,5 persen, menurut Dewan Pemilihan Nasional.

Tapi Capriles, yang juga kalah dari Chavez dengan 11 poin dalam pemilihan umum yang diadakan pada bulan Oktober lalu, telah menyebutkan beberapa penyimpangan dan mengatakan pemerintah curang dalam pemilihan umum yang dipercepat tersebut setelah Chavez - pemimpin keras yang telah berkuasa sejak 1998 - meninggal dunia karena kanker pada bulan Maret.

Audit yang diluncurkan oleh Dewan Pemilihan Nasional pada Senin disebut dangkal dan "sandiwara" karena hanya memeriksa sistem pemungutan suara elektronik itu sendiri dan tidak catatan fisik pemilihan umum yang dilangsungkan April, kata Capriles, Rabu.

Sementara Capriles mengatakan dalam konferensi pers pada Kamis jika ia tidak akan mengesampingkan peluang referendum untuk menarik lawan-lawan dari pro-Chavez yang terpilih untuk Majelis Nasional.

"Jelas bahwa Majelis Nasional tidak mewakili realitas politik negeri ini, "kata Capriles dalam siaran televisi yang dipotong untuk memberikan waktu bagi pidato Maduro.

Berdasarkan konstitusi Venezuela seruan referendum dapat dilakukan jika diminta oleh para anggota yang telah menyelesaikan setidaknya separuh mandat mereka dan 20 persen anggota mendukung.

Ketegangan telah cukup tinggi sejak pemilihan umum dilakukan untuk menggantikan pemimpin besar yang bombastis, Chavez.

Dia menggunakan kekayaan minyak Venezuela yang sangat besar untuk mendanai program-program bagi masyarakat miskin, yang menciptakan kelompok-kelompok yang mengkultuskannya, namun dibenci oleh kelompok kaya Venezuela yang mengatakan ia membuat perekonomian sarat inflasi dan terjadi peningkatan besar kejahatan dengan kekerasan di jalanan.

Dalam protes setelah pemilihan umum bulan lalu, sedikitnya sembilan orang tewas dan puluhan lainnya luka-luka.

Oposisi dan anggota parlemen pro-pemerintah baku pukul dalam perkelahian yang spektakuler di kongres pada Selasa. Dan kedua belah pihak bersaing menggelar aksi pawai May Day pada Rabu, dengan Maduro menyebut Capriles sebagai sosok "cengeng" yang tidak bisa menerima kekalahan, demikian AFP. (G003/H-AK)

Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2013