Singapura (ANTARA) - Harga minyak naik untuk sesi keempat berturut-turut di awal perdagangan Asia pada Selasa pagi, karena lemahnya produksi minyak serpih di AS memicu kekhawatiran lebih lanjut mengenai defisit pasokan yang berasal dari pengurangan produksi berkepanjangan oleh Arab Saudi dan Rusia.

Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate AS terangkat 90 sen atau 1,0 persen, menjadi diperdagangkan 92,38 dolar AS per barel pada pukul 00.18 GMT, sedikit di bawah level tertinggi 10 bulan yang dicapai sehari sebelumnya.

Sementara itu, patokan global minyak mentah berjangka Brent naik 27 sen atau 0,3 persen, menjadi diperdagangkan di 94,70 dolar AS per barel.

Harga telah naik selama tiga minggu berturut-turut.

Produksi minyak AS dari wilayah-wilayah penghasil serpih terbesar diperkirakan akan turun menjadi 9,393 juta barel per hari pada Oktober, level terendah sejak Mei 2023, menurut Badan Informasi Energi AS (EIA) pada Senin (18/9/2023). Produksi minyak serpih akan jatuh selama tiga bulan berturut-turut.

Perkiraan tersebut muncul setelah Arab Saudi dan Rusia pada bulan ini memperpanjang pengurangan pasokan gabungan sebesar 1,3 juta barel per hari hingga akhir tahun.

Menteri Energi Arab Saudi Pangeran Abdulaziz bin Salman pada Senin (18/9/2023) membela pemotongan pasokan pasar minyak oleh OPEC+, dengan mengatakan bahwa pasar energi internasional memerlukan regulasi yang lebih ringan untuk membatasi volatilitas, sekaligus memperingatkan ketidakpastian mengenai permintaan China, pertumbuhan Eropa, dan tindakan bank-bank sentral untuk mengatasi inflasi.

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Evi Ratnawati
Copyright © ANTARA 2023