Jakarta (ANTARA) - Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi menyebutkan bahwa capaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) lebih tinggi dari rata-rata capaian SDGs global.

"Informasi tambahan untuk Indonesia, pencapaian SDGs jauh lebih tinggi dari rerata dunia," kata Menlu Retno dalam pengarahan pers tentang kegiatan Sidang Majelis Umum PBB di New York pada Senin (18/9).

Terkait pencapaian SDGs Indonesia, berdasarkan data Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), 63 persen dari total 216 indikator rencana aksi program SDGs periode 2021-2024 telah tercapai, seperti disampaikan Kementerian Luar Negeri dalam keterangannya pada Selasa.

Menlu Retno menyampaikan bahwa Indonesia melakukan berbagai upaya untuk mempercepat pencapaian SDGs, seperti menyelaraskan upaya pencapaian SDGs dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN); melokalkan target SDGs hingga sampai ke tingkat desa; memperkuat kemitraan multi-pihak; memobilisasi pendanaan pembangunan inovatif.

Menlu Retno menyebutkan bahwa Laporan SDGs 2023 yang dikeluarkan PBB menunjukkan hanya 12 persen target SDGs secara global yang on track, sementara 50 persen kemajuannya lambat dan 30 persen stagnan atau mengalami kemunduran.

"Di laporan tersebut juga disebutkan bahwa tingkat kelaparan global saat ini tertinggi sejak tahun 2005. Laporan itu juga mengatakan negara berkembang merasakan dampak yang paling parah," ujarnya.

"Sepertiga negara berkembang mengalami krisis utang, sementara komitmen bantuan dari negara maju kepada negara berkembang tidak terealisasi, misalnya komitmen bantuan 100 miliar dolar AS per tahun untuk mengatasi perubahan iklim sampai saat ini juga belum terealisir," lanjut Retno.

Sebelumnya, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres dalam sambutannya pada Konferensi Tingkat Tinggi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs Summit) menyampaikan bahwa capaian SDGs global baru 15 persen.

Guterres menekankan bahwa sekarang adalah saatnya untuk mengambil tindakan jika ingin tetap mencapai SDGs pada 2030.

Untuk itu, menurut dia, diperlukan langkah penyelamatan global, termasuk melalui stimulus senilai 500 miliar dolar AS per tahun.

Secara khusus, Sekjen PBB menyoroti enam area yang perlu diberi perhatian khusus, yaitu kelaparan, transisi energi, digitalisasi, pendidikan, pekerjaan layak dan pelindungan sosial serta penghentian perang.

Di kawasan Asia-Pasifik sendiri, pencapaian SDGs baru mencapai 14,4 persen dari yang seharusnya 50 persen.

SDGs Summit merupakan pertemuan resmi PBB yang diselenggarakan setiap empat tahun pada tingkat kepala negara/pemerintahan untuk meninjau kemajuan dan tantangan dalam implementasi Agenda 2030 untuk Pembangunan Berkelanjutan.

Pertemuan itu juga dilakukan untuk menggalang komitmen dan aksi global dalam mempercepat pencapaian SDGs.

SDGs Summit 2023 telah menghasilkan dokumen berupa deklarasi politik yang berisikan komitmen negara-negara anggota PBB dalam mengakselerasi pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan.

Baca juga: Sekjen PBB serukan rencana penyelamatan global untuk SDG
Baca juga: Suharso paparkan tiga langkah MIKTA capai target SDG's di Markas PBB

Pewarta: Yuni Arisandy Sinaga
Editor: Arie Novarina
Copyright © ANTARA 2023