Jakarta (ANTARA) - Tenaga Ahli Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Sripeni Inten Cahyani mengungkapkan penurunan emisi karbon CO2 hingga pertengahan 2023 telah mencapai 118,2 juta ton atau melampaui target sepanjang tahun yakni 116 juta ton.

"Realisasi penurunan emisi tahun 2023 sudah jauh lebih tinggi, sehingga momentum ini harus terus kita jaga. Karena tantangan ke depan akan semakin besar dalam melakukan upaya menurunkan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) sektor energi," kata Sripeni di pameran Refrigeration & HVAC (RHVAC) di Jakarta, Rabu.

Tantangan yang dimaksud Sripeni, di antaranya sektor transportasi dan industri, masih mendominasi konsumsi energi nasional, yakni sekitar 82 persen dari total energi yang mencapai 1,1 miliar setara barel minyak (SBM).

Kemudian dalam hal pemenuhan kebutuhan energi, batu bara dan minyak bumi masih mendominasi bauran energi primer yang mencapai 74 persen. Sementara itu, energi baru dan terbarukan (EBT) masih sebesar 12,3 persen di tahun 2023.

Sripeni mengatakan, pemerintah terus berupaya menurunkan emisi GRK dengan mendorong penggunaan energi baru terbarukan, percepatan penggunaan kendaraan listrik berbasis baterai sesuai dengan Peraturan Presiden (PP) Nomor 55 Tahun 2019, pemanfaatan EBT untuk industri hijau, dan penggunaan teknologi bersih.

"Upaya lainnya juga termasuk penerapan manajemen energi, teknologi hemat energi, dan penerapan Standar Kerja Energi Minimum (SKEM)," ujar Sripeni.

Ia melanjutkan, budaya hemat energi juga terus digencarkan melalui gerakan 3M yakni mematikan lampu dan peralatan listrik lainnya jika tidak digunakan, mencabut colokan peralatan elektronik jika sudah selesai digunakan, dan memilih alat elektronik yang memiliki tanda label hemat energi.

Selain itu, Sripeni mengatakan pemerintah juga telah menerbitkan PP Nomor 33 Tahun 2023 tentang Konservasi Energi untuk meningkatkan efisiensi energi.

Menurut dia, peraturan tersebut mewajibkan bangunan gedung yang memiliki konsumsi atau sumber energi lebih besar atau sama dengan 500 ton per tahun untuk melaksanakan manajemen energi.

Indonesia memiliki target untuk menurunkan emisi GRK sebesar 29 persen dengan kemampuan sendiri atau 41 persen dengan bantuan internasional pada 2030.

Dalam jangka panjang, Indonesia berkomitmen untuk berkontribusi mewujudkan emisi nol bersih (NZE) pada tahun 2060.

Baca juga: KESDM: 679 bangunan komersial wajib melaksanakan manajemen energi

Baca juga: KESDM sebut dana AZEC berpeluang naik capai miliaran dolar AS

Pewarta: Suci Nurhaliza
Editor: Imam Budilaksono
Copyright © ANTARA 2023