Jakarta (ANTARA) - Cita-cita besar pemimpin negeri untuk meningkatkan kemampuan, keandalan, serta kemandirian bangsa menjadi salah satu fokus kerja yang terus dilakukan. Belakangan, kata hilirisasi memang kerap digaungkan pemerintah dalam berbagai kesempatan.

Tujuan jelas hilirisasi sebagai kemandirian ekonomi sebagai upaya mengukuhkan diri untuk mengubah citra Indonesia di ranah global sebagai pemain ekspor barang mentah.

Upaya menggerus perlahan ketergantungan impor bahan baku direalisasikan melalui komitmen kuat hilirisasi produk hasil pemanfaatan sumber daya alam. Sehingga industri manufaktur dalam negeri berkembang dan menciptakan sistem yang kuat untuk mendukung pertumbuhan ekonomi berkelanjutan.

Usia Indonesia memang tidak lagi muda, namun semangat untuk terus memperbarui dan mengokohkan kemampuan bangsa sendiri sudah sepatutnya diapresiasi, cita-cita bangsa yang terpatri dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN) 2020-2024 menjadi bukti upaya pemerintah mengerahkan kemampuan wahid yang dimiliki agar tidak lagi ketergantungan impor.

Presiden Joko Widodo rupanya juga menginginkan Indonesia mampu memanfaatkan komponen atau bahan baku dari dalam negeri untuk menciptakan mesin industri. Bak gayung bersambut, tantangan dari Jokowi ini diterima dan dilaksanakan Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita.

Ketergantungan impor barang memang sudah seharusnya digeser jauh-jauh. Betapa tidak, bila menilik data impor nasional periode Januari – Juli 2023, impor barang modal mencapai 22,45 miliar dolar AS atau sekitar 17,5 persen dari total impor nasional, sedangkan impor bahan baku terbilang tinggi, yakni mencapai 93,97 miliar dolar AS atau 73,25 persen dari total impor nasional.

Agus Gumiwang pun mengakui, dalam berbagai kunjungan kerja ke pabrik, fasilitas industri hingga pengecekan produk mesin, belum ditemuinya satupun mesin yang sepenuhnya buatan Indonesia.

Ketergantungan impor mesin inilah yang menurutnya harus diputus. Menjawab tantangan Presiden dengan kehadiran IMC, ke depan, ia bakal mengusahakan agar kemampuan industri dalam negeri semakin meningkat, sehingga mampu menciptakan berbagai mesin industri dengan tingkat komponen dalam negeri (TKDN) tinggi serta sebagai upaya untuk mendukung program substitusi impor.

Dilatarbelakangi amanat itu, Agus Gumiwang lantas mulai membangun Indonesia Manufacturing Center (IMC) di Kecamatan Plered, Purwakarta, Jawa Barat.

Pendirian IMC oleh Kemenperin dilatarbelakangi oleh challenge dari Bapak Presiden Joko Widodo, bahwa Indonesia sudah harus memperhatikan machine making machine (3M) atau memproduksi mesin sendiri, termasuk juga membantu industri kecil dan menengah dalam mengembangkan produknya.

Pembangunan gedung yang berada di atas lahan seluas 11 hektare itu dilakukan untuk mewujudkan percepatan pengembangan dan penguasaan teknologi bagi sektor industri manufaktur dalam negeri.

Meski tak semudah membalikkan tangan, ia yakin, dengan menggandeng berbagai pihak, seperti perguruan tinggi, lembaga penelitian swasta maupun negeri, pelaku usaha, masyarakat atau komunitas dan pemerintah atau yang kerap disebut konsep kolaborasi pentahelix ini, IMC mampu menghasilkan inovasi teknologi yang mumpuni seperti cita-cita luhur para pemimpin negeri.

Ke depan, kolaborasi ini bakal diwadahi dalam IMC yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang memadai, seperti layanan pengembangan dan transfer teknologi, layanan pengembangan produk-produk industri, layanan hilirisasi dari riset dan pengembangan (research and development/r&d), layanan pengembangan talent tenaga kerja industri, serta memfasilitasi jejaring kerja sama di antara para pemangku kepentingan.

Keberadaan IMC juga diharapkan akan semakin memperkuat peran industri manufaktur di Kabupaten Purwakarta, serta mendatangkan investasi-investasi baru yang berperan membuka lebih banyak lagi lapangan pekerjaan bagi masyarakat.

Dirinya pun berencana mempromosikan IMC ini kepada sejumlah pemangku kepentingan baik dari dalam negeri dan luar negeri yang merupakan perusahaan teknologi ternama untuk menarik investasi.

Progres pembangunan gedung Indonesia Manufacturing Center (IMC) yang terletak di Plered, Purwakarta, Jawa Barat, Selasa (19/9/2023). ANTARA/Sinta Ambar
Progres pembangunan gedung

Pembangunan gedung lima lantai yang terletak di sebuah kawasan ikonik penghasil kerajinan keramik berbahan tanah liat, yakni Plered, Purwakarta, saat ini mencapai tahap pemasangan bagian teratas gedung/atap. Tahap akhir struktur gedung ini telah berjalan sesuai jadwal, adapun pada akhir 2023 progres pembangunan ditargetkan mencapai 66 persen, sedangkan pembangunan sepenuhnya ditargetkan selesai 100 persen pada Juni 2024.

Pembangunan IMC yang dimulai pada Desember 2022 dan menelan anggaran Rp160 miliar ini, disebut Menperin juga telah sejalan dengan program Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN) dengan pemenuhan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) barang dan jasa mencapai 71,39 persen (per 13 September 2023).

Capaian itu terdiri dari TKDN barang atau material sebesar 43,32 persen, TKDN jasa 83,46 persen.

Sementara bila melihat dari sisi pekerja, proyek pembangunan juga telah memberdayakan masyarakat sekitar dengan menyerap 44 persen tenaga lokal.

Tak ingin menyia-nyiakan kearifan lokal yang ciamik khas Purwakarta, gedung IMC juga bakal dihiasi apik dengan batu roster, terakota, paving block, grass block, dan kansteen.

Dengan membelanjakan APBN untuk produk dalam negeri ini diharapkan dapat memberikan efek berlipat ganda bagi perekonomian nasional, antara lain meningkatkan industri permesinan, pendapatan pajak naik, penyerapan tenaga kerja, menumbuhkan IKM/UMKM, maupun menumbuhkan sektor ekonomi lainnya.

Dari sisi lahan, IMC dibangun di atas lahan 11 hektare, ditambah lahan seluas 3.600 meter persegi yang baru dibeli pada April 2023 untuk menghubungkan lahan IMC yang sudah ada alias eksisting dengan jalan raya depan.

Gedung IMC saat ini telah memangkas 3 hektare dari total luas lahan itu. Sementara 9 hektare sisanya bakal dikembangkan lebih lanjut seusai gedung utama rampung dan beroperasi.

Lebih lanjut, pembelian lahan tambahan seluas 3.600 meter persegi bukan tanpa alasan, berdasarkan kajian Analisis Dampak Lalu Lintas (Andalalin) hal ini dilakukan untuk meminimalisir gangguan lalu lintas yang terjadi di sekitar gedung agar tidak mengganggu aktivitas keseharian masyarakat sekitar.

Bila menilik rencana pembangunan, gedung ini rupanya bakal dilengkapi panel surya sebagai langkah memasifkan pemanfaatan energi hijau.

Gedung ini juga ditargetkan memenuhi standar nilai Bangunan Gedung Hijau yang disyaratkan oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (KemenPUPR) yang juga menjadi salah satu fokus Kemenperin dalam mendukung pelestarian lingkungan hijau dalam pembangunan berkelanjutan. Harapan Agus Gumiwang agar IMC berkembang dinamis, adaptif dan inovatif sebagai layanan one stop solution bagi permasalahan industri ini semoga saja dapat berjalan lancar serta memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi bangsa Indonesia. Aamiin.


 

Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2023