Pontianak, (ANTARA News) - Ketertinggalan pendidikan menjadi masalah penting yang dialami bangsa Melayu di sejumlah negara Semenanjung dalam mengembangkan potensi wilayah yang sebagian besar memiliki kekayaan alam berlimpah. "Bangsa Melayu sebagai bagian dari masyarakat Islam mesti memberi harapan pendidikan yang lebih tinggi ke anak-anak mereka sebagai modal besar untuk membangun bangsa," kata Presiden Dunia Melayu Dunia Islam (DMDI), Datuk Seri Mohd Ali bin Mohd Rustam di sela kunjungannya menghadiri Lokakarya DMDI di Pontianak, Selasa (4/7). Menurut dia, sebanyak 40 persen dari generasi muda berumur 17 hingga 23 tahun harus memperoleh pendidikan minimal diploma untuk meningkatkan kualitas bangsa Melayu serta berperan dalam membangun negara. "Kita banyak kayu, tapi pengetahuan untuk mengolahnya sedikit. Karet juga lebih banyak dijual mentah, begitu juga minyak, besi," katanya. Untuk itu, lanjutnya, dibutuhkan banyak generasi muda Melayu yang "cakap" guna meningkatkan kemampuan dalam mengelola sumber daya alam. "Kalau ada ilmu juga bisa membuka peluang pekerjaan. Taiwan, Jepang, Korea Selatan, negara-negara Eropa umumnya tidak memiliki kekayaan alam berlimpah, tapi mereka dapat maju karena didukung ilmu pengetahuan," kata Datuk Seri Mohd Ali bin Mohd Rustam yang juga menjabat sebagai Kepala Menteri Melaka, Malaysia itu. Namun, ia mengingatkan agar generasi muda Melayu yang memiliki pendidikan tinggi tetap memegang amanah Islam dan memiliki akhlak mulia. "Sekarang ini banyak masalah sosial yang dihadapi generasi muda Melayu seperti ganja dan sejenisnya," ujarnya. Sementara itu mengenai kerjasama antar bangsa Melayu terutama Indonesia dan Malaysia, ia mengatakan diantaranya di bidang pendidikan dan kesehatan. "Kerjasama sudah terjalin cukup lama. Ada yang dari Sawahlunto (Sumatera Barat) berlatih kerja di industri dan rumah sakit di Melaka," katanya. Universitas Sriwijaya Palembang dan Universitas Islam Melaka juga telah melakukan kerjasama dibidang pendidikan kesehatan serta memberi keringanan harga bagi bangsa serumpun yang berobat ke Malaysia. Sementara Ketua DPRD Kalbar, Ir Zulfadhli mengharapkan Lokakarya DMDI dapat memberikan kontribusi ekonomi bagi Indonesia khususnya Kalbar di sektor perdagangan. Lokakarya DMDI di Pontianak berlangsung dari Selasa (4/7) hingga Kamis (6/7) dengan diikuti ratusan peserta dari Indonesia, Malaysia, Brunei Darussalam dan Filipina.(*)

Copyright © ANTARA 2006