Jakarta (ANTARA) - Irigasi merupakan salah satu faktor penting dalam produksi padi sawah. Irigasi sebagai sumber ketersediaan air untuk pertumbuhan tanaman padi. Persediaan air yang cukup akan sangat mendukung dalam peningkatan produksi padi sawah sehingga pada gilirannya akan menopang ketahanan pangan.

Irigasi merupakan saluran buatan yang ditujukan untuk mengaliri air ke lahan persawahan agar teratur sesuai kebutuhan tanaman. Jumlah atau volume air yang tepat,  waktu pemberian dan tersedianya saluran drainase yang baik, menjadi faktor- faktor yang menentukan keberhasilan tanam para petani.

Namun demikian, menurut Kepala Pusat Riset Tanaman Pangan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Yudhistira Nugraha,  tidak semua daerah di Indonesia memiliki kapasitas air yang banyak.

Contohnya,  Indonesia bagian barat curah hujannya tinggi, sementara di Indonesia bagian timur memiliki curah hujan rendah. Oleh karena itu, perlu cara guna menyiasati agar lahan sawah di daerah yang curah hujannya rendah tidak kekeringan atau bahkan gagal panen.

Dengan demikian, untuk menunjang peningkatan produktivitas hasil tanam, ketahanan pangan, dan  kesejahteraan petani, diperlukan saluran irigasi supaya sawah bisa terus teraliri air.

Ada dua jenis saluran irigasi, yakni irigasi tradisional dan irigasi modern. Pengaliran air tradisional dikenal juga sebagai irigasi permukaan. Cara ini dianggap paling kuno. Sistem ini menggunakan mekanisme penampungan air hujan yang dibatasi oleh pematang, sehingga air dapat terkumpul.

Sedangkan irigasi modern, memanfaatkan penggunaan teknologi dalam  pendistribusiannya ke setiap lahan. Hal tersebut bertujuan supaya pasokan air yang masuk sesuai dengan kebutuhan tanaman.

Salah satu cara untuk memaksimalkan distribusi air di suatu daerah, yakni dengan membangun bendungan. Bangunan ini dimanfaatkan sebagai pemasok utama air ke irigasi primer (sungai-sungai), sehingga distribusi ke saluran irigasi tersier  di persawahan menjadi optimal.

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh BRIN, padi yang ditanam di lahan kering atau padi gogo hanya mampu menghasilkan 2--2,5 ton per hektare dalam sekali panen.

Sedangkan padi yang ditanam di lahan yang memiliki saluran irigasi optimal, mampu menghasilkan 5 ton per hektare dalam sekali panen. Bahkan di beberapa daerah yang memiliki tingkat kesuburan tanah lebih tinggi, para petani bisa panen hingga 8 ton per hektare.


Petani pemakai air

Sebagai bentuk komitmen pemerintah dalam menjaga dan meningkatkan kesejahteraan petani, dalam satu dasa warsa terakhir  sudah membangun sebanyak 36 bendungan dari total 61 target Proyek Strategis Nasional (PSN), dengan total kapasitas penampungan air sebanyak 1,9 juta meter kubik.

Apabila target PSN 61 bendungan rampung pada tahun 2024, areal persawahan yang dapat dialiri irigasi tersier, secara keseluruhan akan meningkat sebanyak 19 persen atau naik 1,4 juta hektare

Direktur Irigasi dan Rawa Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Ismail Widadi, mengungkapkan pada periode 2015-2019, Kementerian PUPR telah berhasil meningkatkan daerah irigasi baru sebanyak satu juta hektare, serta telah merevitalisasi saluran irigasi yang rusak sejumlah tiga juta hektare.

Sedangkan di periode berikutnya, pihaknya menargetkan peningkatan jumlah irigasi sebanyak 500 ribu hektare, serta telah memperbaiki saluran irigasi lama sejumlah dua juta hektare. Sehingga akumulasi saluran irigasi secara nasional hingga saat ini sebanyak 9,1 juta hektare.

Selain itu, dalam rangka Percepatan Peningkatan Tata Guna Air Irigasi (P3-TGAI), serta optimalisasi saluran irigasi nasional, pemerintah membentuk program Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A).

Program ini merupakan swakelola saluran air berbasis peran serta masyarakat, khususnya petani, dengan tujuan menjaga, merehabilitasi, membangun, serta meningkatkan jaringan irigasi di wilayah sekitar perkumpulan tersebut.

Melalui P3A, Kementerian PUPR pada tahun 2023 secara nasional menyasar 12.000 lokasi di seluruh wilayah tanah air. Lokasi ini nantinya akan membangun atau merevitalisasi saluran irigasi tersier yang ada di wilayah tersebut, tergantung kebutuhan masing-masing perkumpulan petani.

Adapun setiap P3A mendapatkan alokasi dana sebesar Rp195 juta untuk digunakan secara swakelola.


Panen meningkat

Salah satu wilayah dengan capaian irigasi nasional yang baik yakni Kota Payakumbuh, Sumatera Barat. Menurut Penjabat (Pj) Wali Kota Payakumbuh, Rida Ananda, kinerja saluran irigasi di kotanya hingga saat ini sudah mencapai 89,5 persen, dengan total lahan sawah 2.759 hektare.

Selain itu, para petani di  "Kota Rendang" tersebut mengaku hasil panen yang didapat dari tahun ke tahun terus meningkat, terlebih semenjak adanya saluran irigasi tersier yang permanen. Hal ini memberikan peningkatan kesejahteraan para petani di Payakumbuh.

Ketua  Kelompok Tani Sawah Ompang, Andi, mengungkapkan bahwa sebelum dibangun jaringan irigasi tersier permanen, petani setempat bergantung pada air tadah hujan yang mereka sebut "bandah tanoh".

Ketika itu, hasil panen yang didapat hanya sekitar 4-4,5 ton per hektare, dan hanya mampu panen sebanyak dua kali dalam setahun. Namun, setelah saluran irigasi permanen dibangun, hasil panen yang didapat oleh kelompoknya terus meningkat.

Kini kelompok tani tersebut mampu panen hingga tiga kali dalam setahun, dengan jumlah padi yang diperoleh sebanyak 6,3 ton per hektare. Sehingga bila dirupiahkan dengan harga beras per kilo di level petani Rp.6.700 per kilo, maka kelompoknya meraup untung sekitar Rp43 juta per hektare.

Sementara Ketua kelompok P3A Fajar, Payakumbuh Utara, Atrizal, meyebutkan, pada tahun 2023 kelompoknya sudah merevitalisasi tiga lokasi irigasi tersier, dengan total areal sawah yang dialiri sebanyak 30 hektare.

Semenjak sistem irigasi lebih optimal, hasil panen kelompoknya meningkat hingga 150 persen, dengan produksi berkisar 2,5--2,7 ton per hektare, atau  sekitar 17,5 juta rupiah.

 Jadi, persediaan air yang cukup sangat berpengaruh dalam peningkatan produksi padi sawah. Peningkatan produksi tanam, terbukti mampu menjadi pengungkit peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani.
 

Editor: Slamet Hadi Purnomo
Copyright © ANTARA 2023