Jakarta (ANTARA) -
Direktur Jenderal Industri Kecil Menengah dan Aneka Kementerian Perindustrian Reni Yanita mengatakan ingin menjadikan batik sebagai industri yang ramah lingkungan dengan memperbaiki teknologi agar bisa terus diturunkan kepada generasi berikutnya.

"Kami ingin batik ini di branding menjadi batik yang ramah lingkungan, ini yang akan kita teruskan ke anak cucu kita jadi kita mulai melakukan perbaikan dengan teknologinya, menggunakan warna alam untuk kegiatan membatik," ujar Reni dalam konferensi pers Hari Batik Nasional 2023 di Jakarta, Senin.

Ia juga menambahkan akan melakukan pengolahan sadar limbah pada sisa lilin atau malam yang digunakan agar kegiatan membatik tidak lagi mencemari lingkungan.

Baca juga: Misi YBI menjadikan batik sebagai identitas generasi muda

Namun Reni mengatakan Kemenperin tidak bisa bekerja sendiri, dan dibutuhkan kolaborasi dan kesadaran dari masyarakat terlebih para pengusaha batik agar industri batik tetap berjalan.

"Di era kolaborasi Kemenperin tidak bisa sendiri, bersama Yayasan Batik sebagai komunitas dan Museum Batik untuk pelestariannya, karena ini akan menjadi tinggal kenangan ketika masyarakat Indonesia tidak mampu menjadikan industri batik menjadi suatu kehidupan yang menjanjikan terutama bagi anak muda," katanya.

Kemenperin telah membina sentra batik yang tergabung dalam balai besar batik salah satunya di Yogyakarta. Hal ini untuk memfasilitasi para perajin sehingga industri tersebut mampu menghasilkan kesempatan kerja dan mampu menciptakan kehidupan layak minimal untuk perajinnya.

Baca juga: Anak muda bisa berkontribusi dalam pelestarian batik sesuai minat

Melalui peringatan Hari Batik Nasional ini, Kemenperin juga berupaya untuk meningkatkan motivasi perajin menggeluti usahanya tersebut menjadi bisnis yang lebih profesional sehingga batik bisa terus dilestarikan.

Selain itu, Kemenperin juga berharap perlindungan pada motif batik juga terus digalakkan karena setiap provinsi maupun kota di seluruh Indonesia mempunyai karakter dan motif batik masing-masing, yang saat ini baru empat wilayah yang diakui indikasi geografisnya yaitu Batik Tulis Nitik Yogyakarta, Batik Bengkulu, Sarung Batik Pekalongan dan Batik Tulis Complongan Indramayu.

Reni juga berharap para perajin batik atau pengusaha batik juga bisa mengikuti selera generasi milenial saat ini agar mereka mau membeli batik cap atau tulis dengan harga yang lebih murah untuk kaum muda.

"Memakai bahan katun yang menyerap keringat namun tetap nyaman dipakai, supaya anak gen Z menganggap batik sebagai suatu yang sangat istimewa dan bisa dipakai tanpa terlihat aneh atau tua," tutur Reni menutup penjelasannya. 

Baca juga: Mengemas wastra Kalimantan Tengah menjadi produk budaya unggulan

Pewarta: Fitra Ashari
Editor: Siti Zulaikha
Copyright © ANTARA 2023