Kami melihat saat ini ekonomi Aceh masih dapat ditingkatkan karena banyak sumber-sumber pertumbuhan ekonomi baru
Banda Aceh (ANTARA) - Bank Indonesia menilai Provinsi Aceh perlu melakukan hilirisasi sektor pertanian dan pariwisata untuk memberi nilai tambah ekonomi sehingga berdampak pada peningkatan kesejahteraan masyarakat dan mengurangi angka kemiskinan.

“Kami melihat saat ini ekonomi Aceh masih dapat ditingkatkan karena banyak sumber-sumber pertumbuhan ekonomi baru,” kata Kepala Bank Indonesia (BI) Kantor Perwakilan  Aceh Rony Widijarto di acara Diseminasi Laporan Perekonomian Aceh Triwulan II 2023 di Banda Aceh, Selasa.

BI Aceh mencatat secara keseluruhan luas panen padi di Sumatera terus menurun, termasuk di Aceh. Kendati demikian, mekanisasi dan produktivitas Aceh masih yang terbaik dibandingkan provinsi lain se-Sumatera.

Bahkan, pengembangan sektor pertanian dapat ditempuh melalui pertanian indeks pertanaman (IP) 400 atau pola tanam empat kali dalam setahun untuk meningkatkan produktivitas, serta pengembangan Rice Miling Unit (RMU) menjadi skala lebih besar.

Kemudian, kata dia, selain mendorong hilirisasi pertanian, sektor lain yang juga menjanjikan ialah pariwisata. Jumlah kunjungan wisatawan mancanegara dan tingkat penghunian kamar hotel di Tanah Rencong itu pascapandemi masih di bawah kinerja pra-pandemi.

Rony menilai Aceh memiliki potensi wisata yang sangat baik. Hal itu dibuktikan dengan beberapa penghargaan wisata yang diraih Aceh dalam dua tahun terakhir. Sebab itu, diperlukan adanya pengembangan aksesibilitas, atraksi, amenitas, serta pelaku dan promosi guna mendorong kinerja pariwisata di Aceh.

Baca juga: BI catat volume penggunaan QRIS di Aceh capai 3,8 juta hingga Juli

Baca juga: Pemkot ajak warga Banda Aceh biasakan pembayaran pakai QRIS


“Makanya kita coba angkat bagaimana hilirisasi, khususnya di pertanian dan pariwisata, karena itu saling menunjang,” ujarnya.

Menurut Rony, tujuan dilakukan hilirisasi untuk menghasilkan produk-produk turunan dari sektor pertanian maupun pariwisata yang bernilai tambah.

Dengan begitu, maka secara otomatis juga akan menciptakan pemerataan sumber pendapatan, yang tentunya mendorong pada perbaikan angka kemiskinan di Aceh.

Memang di sisi, lanjut dia, tetap harus ada industri. Karena industri yang akan meningkatkan nilai tambah tersebut.

“Karena saat ini (di Aceh) masih banyak produk sektor primer, (hasil) pertanian yang (dijual) masih mentah, padahal itu nilai tambah sangat tinggi. Contoh bagaimana kita menjual kelapa sawit padahal kepala sawit akan banyak turunan dengan nilai tambah tinggi,” ujarnya.

Sementara itu, Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB) Hermanto Siregar menilai hilirisasi pertanian pada hakikatnya mengolah hasil pertanian menjadi berbagai produk akhir, sehingga menciptakan banyak nilai tambah, menumbuhkan kesempatan kerja, dan  mengembangkan wilayah.

“Dengan catatan kita buat hilirisasi jangan di kota tapi kawasan pedesaan atau perbatasan pedesaan dengan perkotaan. Intinya dia harus dekat dengan bahan baku,” ujarnya.

Menurut dia, hilirisasi pertanian dapat dilakukan oleh perusahaan skala besar maupun skala UMKM, dengan mensinergikan dalam bentuk rantai pasok (supply chain). Kemudian, supaya UMKM itu berkembang maka juga harus ada peningkatan kewirausahaan terutama di kawasan perdesaan.

“Maka surplus tenaga kerja yang saat ini banyak di pedesaan sehingga kemiskinan terjadi, itu akan menolong dirinya sendiri,” ujarnya.

Sebab itu, lanjut dia, strategi untuk melakukan hilirisasi ialah mencakup sisi penawaran (supply) adanya inovasi untuk akses ke kredit, asuransi, informasi, akses pasar, dan kebijakan pemerintah daerah.

Sedangkan dari sisi permintaan (demand) yakni adanya kontrak, koordinasi, dan pelibatan swasta atau korporasi.

“Jadi jangan dikotomikan bahwa itu korporasi tidak bisa masuk. Karena sumber pemodalan, yang menyerap bahan baku, yang memberikan teknologi, bahkan pendampingan itu dari korporasi,” ujarnya.

Baca juga: BSI Luncurkan Mesin ATM VISA dan Mastercard di Aceh

Baca juga: BI Aceh catat Rp8,6 miliar komitmen bisnis UMKM di Meseuraya Festival

Pewarta: Khalis Surry
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2023