Jakarta (ANTARA) - Direktur Utama Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan Prof Ghufon Mukti menyatakan sejumlah 23.911.772 peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) telah lakukan skrining riwayat kesehatan hingga September 2023 ini.

"Skrining riwayat kesehatan berupa self assessment yang dilakukan peserta atau dokter di FKTP (Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama) banyak sekali dalam setahun untuk mengetahui risiko penyakit yang diderita peserta," katanya dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi IX Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI yang diikuti secara daring di Jakarta, Selasa.

Ghufron mengatakan tren capaian skrining terus mengalami peningkatan tiap tahunnya, dengan 203.411 peserta pada 2020, 2.238.487 peserta pada 2021, 15.520.569 peserta pada 2022, hingga 23.911.772 peserta pada September 2023.

Dia menyebutkan peserta berisiko yang terdiagnosa akan mendapatkan layanan kesehatan sesuai tata laksana dokter di FKTP, dan dapat dirujuk sesuai indikasi medis.

"Yang menarik adalah para peserta yang melakukan skrining akan mendapatkan feedback di ponsel, dan tidak semua negara bisa melakukan ini," ujarnya.

Dari skrining riwayat kesehatan tersebut, Ghufron mengungkapkan terdapat tiga persen peserta berisiko jantung koroner, satu persen peserta berisiko diabetes melitus, 1,2 persen peserta berisiko gagal ginjal kronik, serta delapan persen peserta berisiko hipertensi.

Baca juga: DJSN nilai kinerja BPJS Kesehatan secara umum sudah baik

Setelah dilakukan skrining, sambungnya, maka dilanjutkan dengan deteksi tertentu sesuai dengan risiko penyakitnya. Dari hasil deteksi tersebut, terdapat 13 persen peserta yang melakukan skrining terkonfirmasi diabetes melitus, dan 13 persen peserta terkonfirmasi hipertensi.

"Kami juga melakukan skrining kanker serviks dan payudara, hasilnya dua persen peserta yang diskrining dengan IVA dan tiga persen peserta yang diskrining dengan papsmear terdeteksi positif kanker serviks, serta satu persen peserta yang diskrining kanker payudara terdeteksi ada benjolan," ujarnya.

Tidak sampai disitu, Ghufron mengatakan para peserta yang diskrining juga mendapatkan pesan WhatsApp blast sebagai pengingat untuk menindaklanjuti risiko penyakit peserta.

Selain itu, sambungnya para peserta dengan risiko diabetes melitus dan hipertensi akan didaftarkan ke dalam Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis) untuk mendapatkan berbagai layanan seperti konsultasi kesehatan, pelayanan obat, pemeriksaan penunjang, hingga edukasi dan senam.

"Sampai dengan Agustus 2023 telah dilaksanakan 47.567 kali edukasi Prolanis dan 93.927 kali senam Prolanis pada Klub Prolanis FKTP di seluruh Indonesia," tutur Ghufron Mukti.

Baca juga: BPJS Kesehatan: Setiap warga negara berhak terlindungi JKN
Baca juga: Faskes yang terapkan digitalisasi pelayanan diapresiasi BPJS Kesehatan

Pewarta: Sean Muhamad
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2023