Untuk kuartal ini, indeks S&P 500 turun sekitar 3,6 persen, Dow kehilangan 2,6 persen, dan Nasdaq merosot 4,1 persen
New York (ANTARA) - Indeks-indeks utama Wall Street beragam pada akhir perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB), dengan Dow dan S&P 500 turun karena investor mencerna implikasi laporan inflasi AS terhadap kebijakan suku bunga Federal Reserve dan menyesuaikan portofolio mereka pada hari terakhir kuartal ketiga.

Indeks Dow Jones Industrial Average merosot 158,84 poin atau 0,47 persen, menjadi menetap di 33.507,50 poin. Indeks S&P 500 kehilangan 11,65 poin atau 0,27 persen, menjadi berakhir di 4.288,05 poin. Indeks Komposit Nasdaq terangkat 18,05 poin atau 0,14 persen, menjadi ditutup pada 13.219,32 poin.

Di antara sektor-sektor utama S&P 500, sektor energi merosot sekitar 2,0 persen dan keuangan turun 0,9 persen. Energi masih menjadi sektor yang memperoleh keuntungan terbesar pada kuartal ketiga.

Untuk kuartal ini, indeks S&P 500 turun sekitar 3,6 persen, Dow kehilangan 2,6 persen, dan Nasdaq merosot 4,1 persen. Pada September, S&P 500 turun 4,9 persen, Dow turun 3,5 persen dan Nasdaq turun 5,8 persen.

S&P 500 dan Nasdaq membukukan persentase penurunan bulanan terbesar tahun ini, sementara ketiga indeks utama mengalami penurunan kuartalan pertama pada tahun 2023.

Data menunjukkan indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi (PCE), tidak termasuk komponen makanan dan energi yang fluktuatif, meningkat 3,9 persen secara tahunan pada Agustus, pertama kalinya dalam dua tahun terakhir indeks tersebut turun di bawah 4,0 persen. The Fed melacak indeks harga PCE untuk target inflasi 2,0 persen.

Saham-saham semula sempat terdorong lebih tinggi setelah laporan PCE namun kemudian melemah.

Data tersebut mengungkapkan "gambaran inflasi yang lebih baik dari perkiraan namun masih meningkat," kata Eric Freedman, kepala investasi di U.S. Bank Asset Management, dikutip dari Reuters.

Sementara itu, Freedman berkata, "kita berada di akhir kuartal, dan dengan berakhirnya kuartal muncul berbagai aktivitas baik di pasar saham maupun obligasi."

"Energi dan keuangan relatif meningkat dan mereka merasakan efek penyeimbangan kembali hari ini," kata Freedman.

Data PCE yang sangat dinanti ini mengikuti prospek jangka panjang The Fed yang hawkish pada minggu lalu, yang telah mengguncang pasar saham karena imbal hasil obligasi pemerintah AS naik ke level tertinggi dalam 16 tahun.

"Investor ekuitas akhirnya menyadari The Fed dan komentar The Fed bahwa suku bunga akan lebih tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama, dan ada alternatif selain saham," kata Paul Nolte, penasihat kekayaan senior dan ahli strategi pasar di Murphy & Sylvest Wealth Management.

Investor juga memperhatikan Washington. Partai Republik garis keras di Dewan Perwakilan Rakyat AS menolak rancangan undang-undang yang diusulkan oleh pemimpin mereka untuk mendanai sementara pemerintah, sehingga memastikan bahwa sebagian lembaga federal akan ditutup mulai Minggu (1/10/2023).

Para pedagang juga khawatir bahwa dana JP Morgan senilai 16 miliar dolar AS, yang diperkirakan akan mengatur ulang posisi opsinya pada Jumat (6/10/2023), akan menjadi sumber volatilitas pasar lainnya.

Dalam berita perusahaan, saham Nike melonjak 6,7 persen setelah pembuat pakaian olahraga terbesar di dunia itu melampaui perkiraan Wall Street untuk laba kuartal pertama.

Saham-saham yang mengalami penurunan melebihi saham-saham yang menguat dengan rasio 1,2 banding 1 di NYSE. Di Nasdaq, saham-saham yang naik melebihi jumlah yang turun dengan rasio 1,1 banding 1.

Sekitar 11,3 miliar saham berpindah tangan di bursa AS, dibandingkan dengan rata-rata harian 10,4 miliar selama 20 sesi terakhir.

Baca juga: Wall St menguat, investor cerna data ekonomi jelang laporan inflasi
Baca juga: Wall St beragam, S&P 500 naik karena investor pertimbangkan pembelian
Baca juga: Wall St anjlok karena investor bergulat dengan suku bunga lebih tinggi

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2023