Jakarta (ANTARA) - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) terus menggencarkan pelaksanaan sekolah lapang gempa bumi dan tsunami (SLG) guna meningkatkan literasi kebencanaan di masyarakat.

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam keterangannya di Jakarta, Minggu menilai literasi kebencanaan masyarakat harus terus ditingkatkan dan dilakukan secara berkelanjutan guna meminimalkan risiko gempa bumi dan tsunami yang mengintai banyak wilayah pesisir Indonesia.

"SLG menjadi strategi kami (BMKG) mewujudkan zero victim di wilayah-wilayah yang rawan gempa bumi dan tsunami, menekan potensi resiko pada tingkat minimal selain inovasi teknologi yang terus dikembangkan oleh BMKG," ujarnya saat gelaran SLG di Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah.

Dwikorita menekankan literasi kebencanaan masyarakat harus diperkuat, terlebih di era disrupsi informasi seperti sekarang ini banyak sekali disinformasi maupun berita bohong yang beredar di tengah masyarakat dan menimbulkan keresahan juga kepanikan.

Maka dari itu, menurut dia, membangun literasi kebencanaan yang kuat membutuhkan sinergi dan kerja sama pentaheliks, yaitu pelibatan pemerintah, pakar atau akademisi, dunia usaha, masyarakat dan media massa.

"Kolaborasi yang kuat akan mempercepat langkah penyebaran pengetahuan tentang bencana, sehingga masyarakat semakin kuat dalam mendukung kebijakan dan strategi penanggulangan bencana," tuturnya.

Baca juga: BMKG gelar sekolah lapang gempa pada dua sekolah di Supiori
Baca juga: BMKG: Kemandirian masyarakat selatan DIY hadapi tsunami diperkuat


Ia meminta pemerintah daerah di sepanjang selatan Jawa harus terus meningkatkan kesiagaan menghadapi kemungkinan terjadinya gempa bumi dan tsunami.

Penyediaan, penambahan, dan perbaikan jalur-jalur evakuasi, kata dia, menjadi salah satu langkah tepat untuk mengantisipasi kemungkinan terburuk.

Dwikorita menjelaskan, Kabupaten Kebumen merupakan salah satu zona potensi gempa dan tsunami di Indonesia karena posisinya yang berhadapan langsung dengan zona megathrust selatan Jawa yang memiliki potensi magnitudo maksimum M 8,7.

Sumber gempa megathrust ini berada di zona subduksi yang merupakan tumbukan antara Lempeng Indo-Australia dan Lempeng Eurasi di dasar laut Samudra Hindia selatan Kebumen.

Pemodelan Penjalaran Gelombang Tsunami akibat gempa dengan skenario tersebut, kata Dwikorita, diperkirakan mencapai 14-18 meter di Kabupaten Kebumen, dengan waktu tiba di pesisir pantai sekitar 38-46 menit.

Dampak guncangan akibat gempa tersebut, diperkirakan mencapai VII-VIII MMI, yang berarti merupakan guncangan yang kuat hingga sangat kuat dan dapat mengakibatkan kerusakan sedang hingga berat.

Sementara itu, Anggota DPR RI Komisi V, Lasmi Indaryani mengatakan Kebumen dan daerah di sepanjang selatan Jawa sangat membutuhkan SLG untuk meminimalisir jatuhnya korban apabila sewaktu-waktu gempa bumi dan tsunami terjadi.

"Gempa dan tsunami adalah kehendak Tuhan. Karena tidak dapat diprediksi maka mau tidak mau, suka tidak suka harus siap. Kesiapan ini harus disertai dengan edukasi melalui SLG ini," tuturnya.

Baca juga: Masyarakat pesisir diimbau waspada gelombang tinggi hingga empat meter
Baca juga: BMKG: Deformasi lempeng Indo-Australia picu gempa Jabar-Banten

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Gilang Galiartha
Copyright © ANTARA 2023