Jakarta (ANTARA) - Pemerintah Indonesia dan Australia melakukan survei bersama pada dasar laut di daerah perbatasan di Laut Timor oleh Pusat Hidro-Oseanografi TNI Angkatan Laut (Pushidrosal) dan Angkatan Laut Australia (RAN) selama dua bulan sejak 29 September 2023.

Komandan Pushidrosal (Danpushidrosal) Laksdya TNI Nurhidayat menjelaskan survei bersama itu merupakan yang pertama kali digelar oleh TNI AL dan Angkatan Laut Australia.

"(Ini) Pertama kali (digelar) tahun ini, akan dilaksanakan dua bulan, coverage (cakupan) area cukup luas. Tahun berikutnya, kami akan laksanakan dua bulan lagi. Mudah-mudahan anggarannya cukup bisa dua kali (survei), sehingga seluruh perbatasan kita dengan Australia bisa kita laksanakan (survei) bersama," kata Nurhidayat di sela-sela Sarasehan TNI Angkatan Laut di Balai Samudera, Jakarta, Senin.

Baca juga: Tim Pushidrosal TNI AL teliti fenomena pulau baru di Tanimbar

Nurhidayat melanjutkan kapal survei dari masing-masing negara, termasuk KRI Spica-934 dari Pushidrosal, akan berlayar di sepanjang Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Indonesia.

Sementara itu, kapal survei dari Angkatan Laut Australia dan Badan Hidrografi Australia (AHO) juga berlayar di sepanjang ZEE negaranya di perbatasan Laut Timor.

Nurhidayat menyebut sebanyak 63 personel dikerahkan dalam survei tersebut dan ada dua prajurit dari Angkatan Laut Australia akan ikut di KRI Spica-934. Dalam latihan bersama itu, KRI Spica-934 dikomandani oleh Letkol Laut (P) Deirus Rizki Khair.

"Orang kami (prajurit TNI AL) juga ada yang ke (kapal) mereka. Jadi saling join (bergabung). Supaya apa? Bisa kerja sama, kemudian tidak ada data yang dialihkan (secara sepihak), kemudian pelaksanaan survei juga standar," jelas Nurhidayat.

Baca juga: Laksdya Nurhidayat: Kapal baru Pushidrosal dilengkapi teknologi Jerman

Dalam latihan survei hidro-oseanografi terkoordinasi tersebut, Indonesia dan Australia mengumpulkan data dasar laut di masing-masing ZEE, di mana di antaranya mencakup peta batimetri (dasar laut), lorong laut, pola arus, dan pola pasang surut.

Survei pada bulan pertama berlangsung sampai tanggal 25 Oktober 2023.

"Dasar kami melaksanakan (survei) selama dua bulan, karena dua bulan itu dua kali ketemu dengan bulan purnama. Dengan dua kali ketemu bulan purnama, kami tahu kapan surutnya karena pasang surut tergantung dari bulan. Kalau dua kali (digelar) itu (datanya) valid," katanya.

Nantinya, dalam waktu dua bulan itu, KRI Spica-934 dijadwalkan berlayar sampai mendekati Darwin, Australia.

"Kami tiga hari di sana," imbuhnya.

Baca juga: Pushidrosal kerja sama survei dasar laut dengan Australia dan Prancis

Namun demikian, kapal Australia tidak akan sempat mendekat ke arah Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), karena jaraknya cukup jauh dan waktunya tidak memadai.

Nurhidayat menyampaikan masing-masing negara akan saling bertukar data, tetapi hanya data-data umum dan tidak spesifik (rigid). Data-data yang bersifat spesifik itu, misalnya terkait lapisan sejauh lima meter di bawah dasar laut (sub-bottom profile) menjadi hak atau dikuasai oleh masing-masing negara.

Dia menjelaskan data-data yang diperoleh dari hasil survei itu menjadi bahan pembuatan peta bawah laut, terutama di daerah perbatasan Indonesia dan Australia.

Peta-peta tersebut berguna untuk kebutuhan pelayaran kapal-kapal niaga dan pembangunan, termasuk di antaranya untuk pemasangan jaringan kabel dan pipa di dasar laut untuk keperluan jaringan telekomunikasi dan internet.

Baca juga: Pushidrosal bakal tata kabel bawah laut di Selat Malaka

Pewarta: Genta Tenri Mawangi
Editor: Fransiska Ninditya
Copyright © ANTARA 2023