Kupang (ANTARA News) - Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Stasiun E1 Tari Kupang, mengingatkan kemungkinan terjadinya gelombang setinggi 3,5 meter di Selat Rote yang populer disebut perairan Pukuafu akibat pengaruh Badai Ewiniar atau Taipun yang melanda perairan sebelah timur Filipina. Kepala BMG Stasiun E1 Tari Kupang Albertus Kusbagio kepada ANTARA di Kupang, Jumat, mengatakan, efek dari Badai Taipun yang berkecepatan 160 km/jam ini membawa pengaruh buruk terhadap gerakan alur gelombang laut pantai selatan Pulau Timor dan daerah sekitar Selat Rote. Menurutnya, efek dari badai tersebut menimbulkan kecepatan angin di wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT) berkisar 35-40 km/jam. Kecepatan angin tersebut menimbulkan riak gelombang laut di wilayah pantai Selatan Pulau Timor dan Selat Rote dengan ketinggian antara 2,5-3,5 meter, katanya. "Akibat badai tersebut, membawa efek negatif terhadap wilayah perairan kita. Karena itu, semua armada pelayaran yang melintas di wilayah perairan tersebut harus lebih berhati-hati," ujarnya. Ia juga menambahkan bahwa gangguan tropis di utara Khatulistiwa yang mengakibatkan hujan lebat, tidak terlalu berpengaruh di daerah ini meski secara global hanya sedikit mendapat sentuhan berupa penimbunan awan tebal namun tidak menimbulkan hujan lebat. "Kumpulan awan tebal itu hanya bisa menciptakan hujan rintik, namun tidak menimbulkan badai. Kemungkinan besar wilayah Kalimantan dan Sulawesi akan mengalami badai tersebut," ujarnya. Ia juga menjelaskan, tinggi gelombang di pantai selatan Pulau Timor dan Selat Rote tidak hanya dipengaruhi oleh Badai Ewiniar di wilayah perairan sebelah timur Filipina, tetapi juga pengaruh tekanan udara di wilayah Australia. "Gangguan tekanan udara di Australia masih tinggi sehingga menimbulkan angin dan gelombang di daerah dataran rendah NTT yang diperburuk pula dengan gangguan tropis di utara Khatulistiwa serta Badai Ewiniar yang tengah melanda Filipina di wilayah perairan sebelah timur," kata Albertus. Ia menambahkan, wilayah NTT selalu menjadi sasaran perubahan iklim karena berada di luar wilayah kepulauan Indonesia sehingga dengan mudahnya menerima imbas dari setiap badai yang terjadi di belahan bumi lainnya.(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2006