Jakarta (ANTARA) -
Anggota Komite Eksekutif Majelis Hukama Muslimin (MHM) TGB M Zainul Majdi mengatakan Konferensi Agama dan Perubahan Iklim yang digelar di Jakarta, Rabu, sebagai upaya untuk membangun kesadaran bersama menghadapi krisis lingkungan.
 
"Membangun kesadaran bersama, kerja bersama antara seluruh pihak termasuk para tokoh lintas agama untuk bersama-sama menghadapi tantangan ini," kata TGB Zainul Majdi saat membuka konferensi.
 
Dalam pembukaan tersebut hadir Sekjen MHM Konselor Mohamed Abdelsalam, pendiri sekaligus anggota MHM M Quraish Shihab, Wakil Menteri Agama RI Saiful Rahmat Dasuki, dan sejumlah perwakilan duta besar negara sahabat.
 
TGB yakin dampak yang diakibatkan oleh perubahan iklim tidak akan mungkin dapat ditangani oleh satu atau sebagian pihak saja, tetapi membutuhkan kerja-kerja bersama dalam mengatasi krisis iklim.
 
"Karena ini menyangkut kemaslahatan masa depan kita bersama," kata dia.

Baca juga: RI jadi tuan rumah Konferensi Majelis Hukama Muslimin pada Oktober ini
 
Nantinya, kata dia, hasil dari dialog ini akan menjadi rekomendasi bagi para pemangku kebijakan terkait dalam membangun regulasi demi menekan kerusakan lingkungan yang sedang terjadi.
 
Senada dengan TGB, Sekretaris Jenderal MHM Konselor Mohamed Abdelsalam mengatakan tujuan konferensi ini untuk mendiskusikan kontribusi pemikiran tokoh dan pemuka berbagai agama sekaligus menemukan solusi untuk mengurangi dampak negatif perubahan iklim.
 
Menurut dia, Konferensi Agama dan Perubahan Iklim Asia Tenggara ini juga merupakan persiapan menuju Conference of the Parties 28 (COP28) yang akan diselenggarakan di Uni Emirat Arab pada akhir tahun ini.
 
"Pada COP28 nanti, dan untuk pertama kalinya dalam sejarah penyelenggaraan COP, akan ada ‘Paviliun Agama’ yang diprakarsai oleh MHM," ujar Abdelsalam.

Baca juga: UAE gelar temu tokoh agama dunia bahas perubahan iklim
 
Sementara itu, anggota MHM Quraish Shihab mengatakan kemajuan ilmu pengetahuan melahirkan kemudahan dan kenyamanan bagi umat manusia.
 
Namun pada saat yang bersamaan, kata dia, tidak jarang mengakibatkan bencana bagi manusia dan lingkungannya. Eksploitasi besar-besaran tanpa memperhatikan lingkungan hidup membuat dunia diambang krisis.
 
"Manusia dewasa ini hampir-hampir mirip dengan kupu-kupu yang terbakar karena kepandaiannya terbang," kata dia.
 
Ia mengatakan Majelis Hukama mengajak umat manusia untuk memadukan antara ilmu dan hikmah, akal dan kalbu, rasa dan rasio demi kehidupan di dunia dan akhirat.
 
Menurut dia, ilmu menciptakan alat-alat produksi dan akselerasi, sedangkan iman menetapkan arah yang harus dituju. Ilmu menyesuaikan manusia dengan lingkungan, tetapi iman dan cinta menyesuaikan dengan jati diri.

Baca juga: MHI dukung pelibatan tokoh agama hadapi perubahan iklim
 
"Salah satu penyebab problema dan aneka krisis yang dialami oleh umat manusia dewasa ini adalah akibat pemisahan keduanya," kata dia.

Pewarta: Asep Firmansyah
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2023