New Delhi (ANTARA) - Regulator obat India menemukan bahwa sirup obat batuk dan anti-alergi buatan Norris Medicines mengandung zat beracun, menurut laporan pemerintah.

Temuan itu diumumkan beberapa bulan setelah sirup obat batuk buatan India dikaitkan dengan kematian 141 anak di seluruh dunia.

Laporan itu mengatakan kedua obat buatan Norris terkontaminasi oleh dietilen glikol (DEG) atau etilen glikol (EG). Kedua zat berbahaya itu juga ditemukan dalam sirup obat batuk yang menyebabkan kematian di Gambia, Uzbekistan dan Kamerun sejak pertengahan tahun lalu.

Untuk pertama kalinya dalam sekitar dua tahun terakhir, regulator obat India CDSCO (Central Drugs Standard Control Organization), menyoroti kontaminasi DEG dan EG dalam laporan bulanannya.

Hal itu dilakukan di tengah upaya India menertibkan industri obat domestik senilai 42 miliar dolar AS (sekitar Rp656 triliun) dan didominasi perusahaan kecil.

HG Koshia, komisaris Badan Pengendalian Obat dan Makanan Negara Bagian Gujarat, mengatakan kepada Reuters pada Rabu bahwa pihaknya telah menginspeksi pabrik Norris bulan lalu. Mereka memerintahkan agar operasi pabrik dihentikan dan kedua obat ditarik dari peredaran.

"Perusahaan itu secara memprihatinkan gagal mematuhi syarat-syarat produksi yang baik," kata Koshia. Dia menambahkan bahwa pabrik itu tidak memiliki sistem pengaliran air dan udara yang baik.

"Demi kepentingan kesehatan publik yang lebih besar, kami perintahkan pabrik tersebut untuk menghentikan produksinya," kata dia.

Direktur Utama Norris Vimal Shah enggan berkomentar di luar jam kerja.

Obat batuk Trimax Expectorant mengandung 0,118 persen EG, sedangkan obat alergi Sylpro Plus Syrup mengandung 0,171 persen EG dan 0,243 persen DEG, menurut hasil uji laboratorium CDSCO.

Hasil uji tersebut dimuat dalam laporan Agustus tentang daftar obat-obatan tidak standar, palsu, tercemar dan memiliki informasi yang menyesatkan, yang diunggah ke situs CDSCO.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), batas aman yang diterima secara internasional adalah tidak melebihi 0,10 persen.

Belum jelas apakah kedua obat buatan Norris itu telah ditarik dari peredaran atau telah menyebabkan gangguan kesehatan. Keduanya masih terdaftar di apotek daring saat Reuters memeriksanya.

CDSCO juga menemukan tiga lot sirup COLD OUT buatan Fourrts (India) Laboratories mengandung DEG dan EG. WHO pada Agustus mengatakan bahwa satu lot COLD OUT yang dijual di Irak mengandung kadar DEG dan EG di atas batas aman.

Ketua Fourrts SV Veeramani tidak menanggapi permintaan untuk berkomentar.

Veeramani, yang juga ketua Dewan Promosi Ekspor Obat India (pharmexcil), pada Agustus mengatakan kepada Reuters bahwa "analisis sampel retensi" terbaru COLD OUT tidak menunjukkan adanya "kontaminasi atau racun".

"Tidak ada laporan tentang efek buruk atau kematian akibat produk ini," katanya lewat pesan WhatsApp.

Namun, kata dia, secara sukarela produk tersebut ditarik dari Irak sebagai tindakan pencegahan.

Peringatan tentang obat-obatan berbahaya itu muncul ketika Pemerintah India melalui pharmexcil sedang menggelar lokakarya bagi produsen obat dalam negeri untuk menekankan pentingnya kualitas obat dan keselamatan pasien.

Sejumlah pelaku industri farmasi India dan regulator telah memberi tahu Reuters bahwa di negara itu umum ditemukan beberapa produsen yang mengganti bahan baku dengan yang lebih murah untuk membuat sirup obat batuk.

Sumber: Reuters
Baca juga: WHO minta bantuan India dalam kasus sirup beracun terbaru
Baca juga: WHO keluarkan peringatan terhadap obat batuk sirup buatan India
Baca juga: Perusahaan sirup obat batuk India hentikan produksi

Penerjemah: Anton Santoso
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2023