Moskow (ANTARA News) - Badan keamanan Rusia menyatakan, Senin, pasukan telah menggagalkan serangan teror di Moskow, membunuh dua perencana dan menangkap satu orang.

"Tindakan tegas kami telah mencegah upaya aksi teror di ibu kota," kata Komite Anti-Teror Nasional dalam sebuah pernyataan.

Menurut pernyataan itu, ketiga tersangka yang seluruhnya etnik Rusia terdeteksi di daerah pinggiran Moskow. Tembak-menembak terjadi selama upaya penangkapan yang mengakibatkan seorang petugas keamanan federal Rusia cedera ringan.

Komite itu menambahkan, orang-orang itu diperkirakan memperoleh pelatihan di daerah perbatasan antara Pakistan dan Afghanistan.

Kremlin mengatakan, Presiden Rusia Vladimir Putin telah diberi tahu secara pribadi tentang rencana serangan yang digagalkan itu.

Kremlin hingga kini masih berusaha mengatasi gerilyawan di Kaukasus Utara, satu dasawarsa setelah pasukan federal mendongkel dominasi separatis di Chechnya.

Serangan bom bunuh diri yang dilancarkan oleh seorang pelaku dari Kaukasus Utara menewaskan 37 orang di bandara terpadat Rusia Domodedovo di Moskow pada Januari 2011.

Serangan itu membuat Presiden Rusia saat itu Dmitry Medvedev memecat sejumlah pejabat kepolisian tingkat menengah dan mengarah pada pendongkelan para manajer senior Domodedovo.

Pemboman bunuh diri itu diklaim oleh Doku Umarov, pemimpin Emirat Kaukasus.

Amerika Serikat memasukkan Emirat Kaukasus ke dalam daftar kelompok teroris karena serangan-serangannya dalam upaya mengusir pemerintah Rusia dari kawasan Kaukasus Utara.

Kekerasan berkobar di Kaukasus Utara yang berpenduduk mayoritas muslim, dimana gerilyawan yang marah karena kemiskinan dan terdorong oleh ideologi jihad global ingin mendirikan sebuah negara merdeka yang berdasarkan hukum sharia.

Dagestan, yang terletak di kawasan pesisir Laut Kaspia, telah menggantikan wilayah-wilayah tetangganya sebagai pusat kekerasan di Kaukasus Utara yang berpenduduk mayoritas muslim.

Dagestan berbatasan dengan Chechnya di Kaukasus Utara, dimana Rusia menghadapi kekerasan muslim garis keras, dan provinsi yang berpenduduk mayoritas muslim itu seringkali dilanda serangan dengan sasaran aparat penegak hukum dan pejabat pemerintah.

Serangan-serangan itu telah membuat Kremlin berjanji lagi menumpas gerilyawan di Kaukasus Utara. Wilayah tersebut dilanda kekerasan sejak dua perang pasca-Sovyet terjadi di Chechnya antara pasukan pemerintah dan gerilyawan separatis.

Kelompok-kelompok hak asasi manusia menuduh pihak berwenang Rusia di kawasan Kaukasus Utara -- mulai dari Laut Hitam hingga Laut Kaspia -- melakukan pelangaran HAM dengan dalih menumpas militansi muslim, AFP melaporkan.

(SYS/M014)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2013