New Delhi (ANTARA) - Sebanyak 14 orang tewas dan 102 lainnya hilang pada Kamis setelah hujan lebat menyebabkan danau glasial Himalaya di India utara meluap dan menjadi bencana terburuk di wilayah itu dalam lebih dari lima dekade.

Danau Lhonak di wilayah bagian Sikkim meluap pada Rabu yang menyebabkan banjir bandang, yang menurut pihak berwenang berdampak pada kehidupan 22 ribu penduduk. Ini merupakan peristiwa cuaca mematikan terbaru di pegunungan Asia Selatan akibat perubahan iklim.

Departemen cuaca mengatakan SIkkim mengalami curah hujan 101mm pada lima hari pertama di bulan Oktober, lebih dari dua kali lipatnya level normal, memicu banjir yang lebih buruk dari yang terjadi pada Oktober 1968 dimana diperkirakan seribu orang tewas.

Departemen itu juga memperkirakan hujan lebat akan turun selama tiga hari ke depan di sebagian Sikkim dan wilayah tetangga.

Banjir terbaru diperburuk oleh air yang keluar dari bendungan Teesta V milik NHPC, kata pejabat setempat. Empat pintu bendungan tersapu air dan tidak jelas mengapa mereka tidak membukanya pada saat itu, menurut sumber pemerintah kepada Reuters.

Pada Kamis pagi, badan manajemen bencana negara mengatakan 26 orang terluka dan 102 lainnya hilang, dimana ke-22 orang tersebut merupakan anggota militer. Tujuh jembatan tersapu air, menghambat operasi penyelamatan yang sudah mengalami kesulitan akibat hujan lebat.

Otoritas negara tetangga Bangladesh berada dalam keadaan siaga dan pejabat dewan pengembangan air yang dikelola pemerintah memperingatkan bahwa lima distrik di bagian utara negara itu bisa terendam banjir akibat naiknya permukaan sungai Teesta, yang mengalir ke hilir Sikkim di Bangladesh.

“Upaya terus dilakukan untuk menggali kendaraan yang terendam lumpur di Burdang dekat Singtam. Pencarian orang hilang kini dipusatkan di daerah hilir sungai Teesta,” kata juru bicara pertahanan India.

BAHAN BAKAR LANGKA, MAKANAN TERSEDIA

Rekaman video dari kantor berita ANI menunjukkan air banjir melanda kawasan terbangun di mana beberapa rumah runtuh. Pangkalan militer dan fasilitas lainnya rusak dan kendaraan terendam.

Sementara gambar satelit menunjukkan hampir dua pertiga danau tampak dikeringkan.

Sikkim , wilayah bagian kecil dengan 650 ribu penduduk yang terjepit di antara pegunungan di Nepal, Bhutan dan China, terputus dari Siliguri di negara bagian tetangga Benggala Barat karena jalan raya utama runtuh.

Anggota parlemen wilayah bagian itu G.T. Dhungel mengatakan kepada Reuters bahwa bahan bakar bensin dan solar menjadi langka di ibukota Gangtok namun makanan masih tersedia.

Sebuah semburan awan membuat hujan lebat dalam periode pendek di Danau Lhonak, sekitar 150km utara Gangtok dekat perbatasan dengan China, memicu banjir bandang ke arah lembah Teesta.

Pada 2020 Badan Manajemen Bencana Nasional India mengatakan danau glasial tersebut meluas dan berpotensi menimbulkan risiko besar terhadap infrastruktur hilir dan kehidupan karena gletser di Himalaya mencair akibat perubahan iklim.

“Sedihnya, ini adalah yang terbaru dari serangkaian banjir bandang mematikan yang melanda wilayah Hindu Kush-Himalaya pada musim hujan ini, menjadikan realitas kerentanan ekstrim wilayah ini terhadap perubahan iklim semakin nyata,” kata Pema Gyamtsho, Direktur Jenderal Pusat Internasional Pengembangan Pegunungan Terpadu yang berbasis di Nepal.

Wilayah pegunungan lain India, seperti bagian dari negara tetangga Pakistan dan Nepal, telah dilanda hujan lebat, banjir, dan tanah longsor dalam beberapa bulan belakangan, menyebabkan puluhan orang tewas.

Sebuah laporan dari para ilmuwan di Pusat Penginderaan Jarak Jauh Nasional India satu dekade lalu telah memperingatkan kemungkinan meluapnya danau tersebut yang “sangat tinggi” yaitu sebesar 42 persen.

Sumber: Reuters
Baca juga: Banjir bandang sapu negara bagian di India, 23 tentara hilang
Baca juga: Ratusan orang dikhawatirkan tewas akibat semburan gletser di India
Baca juga: Sepertiga gletser di Himalaya terancam cair karena perubahan iklim

Penerjemah: Yoanita Hastryka Djohan
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2023