Jakarta (ANTARA) - Komnas Perempuan menyebut Hari Guru Sedunia hendaknya menjadi momentum untuk dilakukannya penguatan kapasitas guru sebagai upaya meningkatkan pengarusutamaan toleransi.

"Kita perlu mencetak generasi bangsa khususnya lewat pelajar, guru, serta lingkungan sekolah yang menyuarakan toleransi aktif dalam membendung sikap intoleransi, tidak hanya bersikap toleran dalam diam," kata Anggota Komnas Perempuan Maria Ulfah Anshor dalam keterangan, di Jakarta, Kamis.

Baca juga: Guru besar UPI: Hari guru sedunia momentum perbaiki tata kelola

Hal ini disampaikan Maria Ulfah Anshor dalam memperingati Hari Guru Sedunia pada 5 Oktober 2023, yang bertema "Guru yang kita butuhkan untuk pendidikan yang kita inginkan".

Komnas Perempuan mengapresiasi terbitnya Peraturan Menteri Nomor 46 Tahun 2023 tentang Pencegahan dan Penanganan Kekerasan di Lingkungan Satuan Pendidikan.

Baca juga: Guru Besar UI: Hari Anak Sedunia momentum penuhi hak pendidikan

Namun, dalam pelaksanaan peraturan tersebut terdapat beberapa hal yang perlu dikembangkan sebagai bentuk pencegahan paparan radikalisme.

Diantaranya, dengan metode pembelajaran didesain terbuka dan menghargai adanya perbedaan, mengasah kewaspadaan guru pada politisasi agama yang berpotensi melahirkan konflik identitas agama/keyakinan, mencegah terjadinya normalisasi politik identitas, serta mengawasi kegiatan ekstrakurikuler, terutama kajian keagamaan di satuan pendidikan agar tidak menjadi ruang penyebaran pandangan ekstrim yang justru meneguhkan diskriminasi dan kekerasan berbasis agama dan gender.

Baca juga: Humaniora kemarin pentingnya atur jarak hamil hingga pemberitaan sejuk

Pasalnya, Komnas Perempuan mencatat masih ada sikap guru yang justru memberikan contoh intoleransi dan menolak keragaman penafsiran.

"Peristiwa ciputisasi, pencukuran rambut 19 siswi gara-gara dianggap tidak mengenakan jilbab dengan baik karena tidak menggunakan ciput (dalaman jilbab) beberapa waktu yang lalu di salah satu sekolah negeri selain berdampak traumatis bagi korban, juga memantik keprihatinan kita tentang peran guru menumbuhkan nilai anti kekerasan di sekolah," kata Ketua Subkomisi Pendidikan Komnas Perempuan Alimatul Qibtiyah.

Baca juga: Kemendikbud: Guru semakin kreatif selenggarakan pembelajaran daring

Padahal, menurut Alimatul Qibtiyah, menghargai pilihan perempuan pada busana yang dia kenakan sesuai dengan hati nurani-nya adalah langkah penting menghapuskan kekerasan dan diskriminasi atas dasar agama dan gender.

Baca juga: Bio Farma: Imunisasi Benteng Pertahanan

Pewarta: Anita Permata Dewi
Editor: Tunggul Susilo
Copyright © ANTARA 2023