Penyebab utamanya adalah pertama, perempuan dalam budaya patriarki kita masih dianggap obyek pelecehan seksual dan dianggap lemah
Jakarta (ANTARA) - Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) memandang budaya patriarki yang masih kuat menjadi salah satu penyebab tidak langsung terjadinya kasus dugaan kekerasan seksual hubungan sedarah antara kakak dan adik di Kabupaten Rejang Lebong, Bengkulu.

"Penyebab utamanya adalah pertama, perempuan dalam budaya patriarki kita masih dianggap obyek pelecehan seksual dan dianggap lemah," kata Anggota Komnas Perempuan Bahrul Fuad saat dihubungi di Jakarta, Rabu.

Kedua, anggapan bahwa kekerasan seksual adalah aib keluarga sehingga harus disembunyikan.

"Dalam budaya kita, kekerasan seksual itu adalah aib dan oleh karena itu harus disembunyikan dan pelakunya biasanya kerabat. Dan ini adalah dalam rangka menutupi aib pelaku dan keluarga itu," kata Bahrul Fuad.

Baca juga: KPPPA minta polisi libatkan ahli tangani hubungan sedarah di Bengkulu

Pihaknya menegaskan pandangan-pandangan seperti itu semestinya tidak dibenarkan, terlebih pelaku kekerasan seksual adalah keluarga.

"Ini menjadi hal yang sangat penting bagi masyarakat untuk diperhatikan. Jadi kekerasan seksual yang terjadi di ranah privat itu memang angkanya tinggi," katanya.

Sebelumnya terungkap kasus dugaan tindak pidana kekerasan seksual hubungan sedarah antara seorang kakak yang berinisial K (21) dan adiknya berinisial R (16) di Kabupaten Rejang Lebong, Bengkulu.

Sang kakak memerkosa adiknya sejak 2021. Selama kurun waktu tersebut hingga saat ini, sang adik telah mengalami tiga kali kehamilan, yang dua diantaranya keguguran dan satu kali melahirkan anak laki-laki yang kini berusia 2 tahun.

Pelaku K kini telah ditangkap dan ditahan polisi.

Baca juga: Pemerintah beri pendampingan anak korban hubungan sedarah di Bengkulu

 

Pewarta: Anita Permata Dewi
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2024