Jakarta (ANTARA) - Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Bintang Puspayoga mengatakan budaya patriarki adalah penyebab ketimpangan gender di berbagai bidang di Indonesia.

"Bahwa sebagian besar budaya masyarakat Indonesia adalah patriarki yang menyebabkan berbagai ketimpangan gender di berbagai bidang," kata Staf Ahli Menteri PPPA Bidang Penanggulangan Kemiskinan Titi Eko Rahayu membacakan pidato Menteri Bintang Puspayoga dalam Seminar International Women's Day bertajuk "Bersama Lindungi Perempuan, Wujudkan Kesetaraan Gender", yang diikuti di Jakarta, Rabu.

Budaya patriarki yang mengakar kuat ini dianggap masyarakat sebagai suatu yang wajar untuk dilakukan.

"Sehingga untuk mewujudkan kesetaraan, kita semua harus memberikan akses, partisipasi, kontrol dan manfaat kepada perempuan dan anak perempuan untuk membuat kemajuan, menyuarakan perubahan, berkontribusi dalam pengambilan keputusan, berani, dan memiliki tekad dengan cara mematahkan bias dan kesalahpahaman yang seringkali dilekatkan pada perempuan," katanya.

Baca juga: Hari Perempuan Sedunia, generasi muda didorong wujudkan setara gender

Baca juga: DAMRI operasikan bus pink pada momentum Hari Perempuan Internasional


Titi Eko Rahayu mengatakan bila hal tersebut dapat dilakukan, maka akan tercipta dunia yang lebih inklusif, setara gender, dan tanpa kekerasan berbasis gender.

Namun demikian, cita-cita mulia tersebut masih harus diperjuangkan karena data dan fakta menunjukkan bahwa perempuan dan anak perempuan kini masih mengalami diskriminasi, stigmatisasi, marjinalisasi, subordinasi, dan bahkan kekerasan.

Padahal, kata Titi Eko Rahayu, dalam pembukaan maupun batang tubuh Undang-undang Dasar Tahun 1945 serta berbagai perundang-undangan telah mengamanatkan jaminan perlindungan dan kesetaraan bagi seluruh rakyat Indonesia, termasuk perempuan dan anak perempuan.*

Baca juga: Keindahan dan Ketangguhan: Merayakan Hari Perempuan Internasional 2023

Baca juga: Dubes Kanada: Pemberdayaan perempuan bantu masyarakat capai potensi

Pewarta: Anita Permata Dewi
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2023