Diversifikasi memang perlu dilakukan. Walau sulit untuk menggantikan beras sepenuhnya, tetapi paling tidak konsumsi beras bisa dikurangi.
Medan (ANTARA) - Dinas Ketahanan Pangan, Tanaman Pangan, dan Hortikultura Sumatera Utara menyatakan, imbauan diversifikasi pangan yang disampaikan Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian perlu dilakukan demi mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap beras.

"Diversifikasi memang perlu dilakukan. Walau sulit untuk menggantikan beras sepenuhnya, tetapi paling tidak konsumsi beras bisa dikurangi," ujar Kepala Bidang Tanaman Pangan Dinas Ketahanan Pangan, Tanaman Pangan, dan Hortikultura Sumatera Utara Muhammad Juwaini kepada ANTARA di Medan, Jumat.

Meski demikian, Juwaini menegaskan bahwa usaha penganekaragaman pangan pokok tersebut tidak bisa dilakukan tiba-tiba.

Baca juga: Menparekraf dukung diversifikasi pangan berbahan baku lokal

Dia mengatakan, program tersebut mesti dijalankan secara sistematis dan perlahan dengan kampanye masif sebagai langkah awal.

"Misalnya, ada kampanye agar mengonsumsi ubi, talas, pisang rebus atau kacang hijau saat sarapan. Nasi baru dikonsumsi siang hari, dilanjutkan memakan sayur-mayur atau menu nonberas lain pada malamnya. Penerapannya harus pelan-pelan karena butuh waktu," tutur Juwaini.

Dia pun memastikan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumatera Utara akan menyusun kebijakan komprehensif soal diversifikasi pangan tersebut sebagai bentuk dukungan terhadap instruksi Menteri Dalam Negeri.

Sumatera Utara, kata Juwaini, tidak asing dengan program diversifikasi pangan. Contohnya, pada 2011, Pemprov Sumut pernah menggalakkan kampanye "Manggadong" yang berarti makan ubi atau singkong di masyarakat untuk menekan asupan beras.

Kemudian pada 2014, Pemprov Sumut memperkenalkan program Gerakan Satu Hari Tanpa Nasi (One Day No Rice) yakni gerakan tidak mengonsumsi nasi atau bahan pangan dari beras setiap hari Selasa dan menggantinya dengan pangan lain.

"Namun tantangannya adalah bagaimana membuat masyarakat terbiasa dengan pangan selain beras. Makanya idealnya program itu ditujukan kepada anak-anak terutama anak sekolah agar mereka terbiasa," kata Juwaini.

Baca juga: Moeldoko kampanyekan sagu jadi pangan alternatif

Harga beras yang masih tinggi di Indonesia membuat Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian mengimbau pemerintah daerah untuk ikut mengampanyekan langkah diversifikasi pangan kepada masyarakat.

Masyarakat didorong agar tidak bergantung pada komoditas beras, tetapi juga makanan sehat lain seperti sagu, keladi, ubi dan kentang.

"Apalagi, makanan tersebut selama ini juga telah banyak dikonsumsi masyarakat, khususnya di wilayah Indonesia timur," ujar Tito.

Pewarta: Michael Siahaan
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2023