Jakarta (ANTARA News) - Indonesia dan China sepakat untuk mempertahankan harga gondorukem di atas 900 dolar AS per ton di pasar internasional. "Kedua pihak sepakat untuk mempertahankan harga komoditas ini (gondorukem) di atas 900 dolar per ton," kata Dirut Perum Perhutani, Transtoto Handadhari, di Jakarta, Minggu, ketika menjelaskan hasil pertemuan Perum Perhutani dengan Wakil Ketua Kadin China, Ni Rulin, yang didampingi Wakil Presiden Asosiasi Pengusaha Hasil Hutan China (CFNA), Li Bin, di Guang Zhou Rabu pekan lalu (5/7). Perum Perhutani dan China yang diwakili Wakil Ketua Kadin dan Wakil Presiden CFNA juga menyepakati perlunya kolaborasi dalam perdagangan komoditas yang berasal getah pohon pinus itu. "Kolaborasi ini diharapkan dapat mempertahankan harga gondorukem pada tingkat yang menguntungkan. Kedua pihak juga sepakat untuk mengadakan pertemuan secara reguler." China kini merupakan produsen gondorukem terbesar di dunia dengana volume produksi mencapai 640.000 ton per tahun dan mengekspor sekitar 50 persen produksinya. Karena itu, negara Tirai Bambu itu juga sekaligus bertindak sebagai penentu harga gondorukem di pasar internasional. "Sebelumnya, harga gondorukem China sempat jatuh ke level 840 dolar per ton pada awal Mei 2006 dari 1.300 dolar per ton. Kini harga ekspor FOB gondorukem China sudah naik lagi di atas 900 dolar per ton, beberapa bahkan pada level sekitar 1.000 dolar per ton." China yang memiliki berbagai jenis pohon pinus penghasil getah untuk gondorukem juga memiliki hutan pinus merkusii di provinsi Hainan, seperti yang selama ini hanya dimiliki Indonesia, kata Transtoto. Meski demikian, katanya, volume produksi gondorukem dari pinus jenis merkusii di China sangat sedikit, hanya memproduksi 1.000 ton gondorukem per tahun. "Pihak China juga menyatakan sangat gembira bisa bertemu dengan Indonesia setelah berpuluh tahun mereka berusaha menjalin kontak. Apalagi, Indonesia merupakan produsen gondorukem terbesar kedua di dunia," sambungnya. Di luar pertemuan bilateral tersebut, direksi Perum Perhutani juga sempat bertemu dengan beberapa eksporter gondorukem China. Kedua pihak sepakat tetap mempertahankan harga yang baik di atas 900 dolar AS per ton FOB. Sementara itu, perusahaan pengolahan gondorukem dari Jerman, Tell Her, dan Hexion dari China juga bertemu dengan delegasi Perum Perhutani di Guang Zhao. Menurut Transtoto, mereka masih terus mencoba menekan agar harga gondorukem Perhutani turun pada level di bawah 900 dolar per ton yang antara lain karena Tell Her punya kontrak dari China seharga 825 dolar per ton FOB. "Kami tetap bertahan untuk lebih baik tidak mengekspor kalau harga tidak di atas 900 dolar per ton dengan balik mengancam bahwa masih banyak calon pembeli dalam negeri yang berani membayar dengan harga sekitar 950 dolar per ton." Jika mereka tidak mau membeli dengan harga tinggi, katanya, "Kita tidak akan menjual gondorukem ke importer. Kami juga meminta mereka memahami kebijakan Perhutani terkait upaya menaikkan upah pekerja dan kesejahteraan masyarakat tani hutan." Dengan kondisi itu, kata Transtoto, mereka nampaknya mengalah dan kemudian justru minta alokasi gondorukem lebih banyak. Perusahaan Jerman, Tell Her, termasuk importer pioner di Eropa sejak tahun 1990-an dan sempat mendapat alokasi sekitar 10.000 ton per tahun, tetapi sekarang hanya dapat membeli sekitar 3.500 ton per tahun. Direksi Perhutani dalam berbagai pertemuan selalu menekankan harga gondorukem produksi BUMN di lingkungan kehutanan ini ditetapkan berdasarkan kekuatan pasok dan kebutuhan, biaya produksi, internal PHTI, dan misi perusahaan sebagai perusahaan sosial.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2006