Peshawar, Pakistan (ANTARA News) - Ledakan bom bunuh diri Jumat menghantam sebuah kendaraan milik ulama Afghanistan di Pakistan baratlaut, menewaskan tiga orang, kata sejumlah pejabat.

Penyerang meledakkan jaket bomnya di dekat mobil Haji Hayatullah ketika umat Islam meninggalkan sebuah masjid seusai sholat Jumat di daerah Faqirabad, Peshawar, kata kepala kepolisian setempat Liaquat Ali.

"Penyerang bom meledakkan mobil Haji Hayatullah dari samping kanan, menewaskan supir dan pengawal Hayatullah," katanya, dengan menambahkan bahwa korban ketiga tewas akibat luka-lukanya di rumah sakit dan tiga orang lain cedera.

Polisi senior Khalid Hamdani mengkonfirmasi serangan itu dan jumlah korban.

"Itu serangan bom bunuh diri, sasarannya tampaknya Hayatullah yang belum naik kendaraan tersebut," katanya.

Penyerang membawa sekitar enam kilogram peledak, kata polisi itu, dengan menambahkan bahwa kendaraan tersebut rusak parah.

Hayatullah adalah keponakan ulama dan komandan jihad terkenal Afghanistan, Maulana Jamilur Rehman, yang mengambil bagian dalam perjuangan 10 tahun melawan pendudukan Uni Sovyet di Afghanistan yang berakhir pada 1989.

Hayatullah, seorang ulama Salafi yang tinggal di Pakistan sebagai pengungsi, masih berada di dalam masjid ketika penyerang meledakkan dirinya, kata penduduk.

Belum jelas apa motif serangan itu.

Pakistan dilanda serangan-serangan bom bunuh diri dan penembakan yang menewaskan lebih dari 5.200 orang sejak pasukan pemerintah menyerbu sebuah masjid yang menjadi tempat persembunyian militan di Islamabad pada Juli 2007.

Kekerasan sektarian meningkat sejak gerilyawan Sunni memperdalam hubungan dengan militan Al Qaida dan Taliban setelah Pakistan bergabung dalam operasi pimpinan AS untuk menumpas militansi setelah serangan-serangan 11 September 2001 di AS.

Pakistan juga mendapat tekanan internasional yang meningkat agar menumpas kelompok militan di wilayah baratlaut dan zona suku di tengah meningkatnya serangan-serangan lintas-batas gerilyawan terhadap pasukan internasional di Afghanistan.

Para pejabat AS mengobarkan perang dengan pesawat tak berawak terhadap para komandan Taliban dan Al Qaida di kawasan suku baratlaut, dimana militan bersembunyi di daerah pegunungan yang berada di luar kendali langsung pemerintah Pakistan.

Pasukan Amerika menyatakan, daerah perbatasan itu digunakan kelompok militan sebagai tempat untuk melakukan pelatihan, penyusunan kembali kekuatan dan peluncuran serangan terhadap pasukan koalisi di Afghanistan.

Islamabad mendesak AS mengakhiri serangan-serangan pesawat tak berawak, sementara Washington menuntut Pakistan mengambil tindakan menentukan untuk menumpas jaringan teror.

Sentimen anti-AS tinggi di Pakistan, dan perang terhadap militansi yang dilakukan AS tidak populer di Pakistan karena persepsi bahwa banyak warga sipil tewas akibat serangan pesawat tak berawak yang ditujukan pada militan di sepanjang perbatasan dengan Afghanistan dan penduduk merasa bahwa itu merupakan pelanggaran atas kedaulatan Pakistan.

Pesawat-pesawat tak berawak AS melancarkan puluhan serangan di kawasan suku Pakistan sejak pasukan komando AS membunuh pemimpin Al Qaida Osama bin Laden dalam operasi rahasia di kota Abbottabad, Pakistan, pada 2 Mei 2011. (M014)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2013